SEJAK TARUNA Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Presiden Prabowo Subianto sudah bershabat. Kini, Sjafrie Sjamsoeddin resmi ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) dalam Kabinet Merah Putih di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk periode 2024-2029.
Karenanya, penunjukan Sjafrie Sjamsoeddin tidak mengejutkan banyak pihak. Jenderal Kopassus asal Makassar, Sulawesi Selatan ini sebelumnya sudah santer dibicarakan sebagai calon kuat untuk memimpin Kementerian Pertahanan.
Selain kedekatannya dengan Prabowo, Sjafrie Sjamsoeddin juga memiliki pengalaman sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan.
Pengumuman kabinet ini dilakukan oleh Presiden Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu malam (20/10/2024), dihadiri oleh Wakil Presiden Gibran dan Wakil Ketua DPR yang juga Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
“Sebelas, Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Pertahanan,” ungkap Prabowo saat pengumuman kabinet. Sjafrie, yang tampil dengan batik cokelat lengan panjang dan celana hitam, kemudian berjalan menuju barisan menteri sambil memberi hormat.
Biodata Sjafrie Sjamsoeddin
Sjafrie Sjamsoeddin lahir di Makassar pada 30 Oktober 1952. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Lembah Tidar, Magelang, untuk menempuh cita-citanya di dunia militer, mengikuti jejak ayahnya, Letkol (Purn) Sjamsoeddin Koernia. Ia menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer pada tahun 1974.
Selain Prabowo, rekan angkatan Sjafrie termasuk Jenderal TNI (Purn) Agustadi Sasongko Purnomo (KSAD 2007-2009), Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu (Menhan 2014-2019), dan Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin (politikus PDIP). Sjafrie Sjamsoeddin yang berpengalaman di infanteri ini memulai karier di Korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dengan berbagai penugasan di pasukan elite tersebut.
Karier militernya termasuk jabatan sebagai Danton di Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (kini Kopassus), serta sebagai Komandan Nanggala di Timor Timur dan Aceh. Dia juga terlibat dalam Satgas Kopassus di Timor Timur. Setelah itu, Sjafrie ditugaskan sebagai Komandan Grup A Paspampres, yang menjadikannya sebagai pengawal presiden.
Salah satu momen bersejarah yang dihadapi Sjafrie adalah ketika mengawal Presiden Soeharto ke Bosnia Herzegovina pada tahun 1995, di tengah konflik yang berkecamuk. Pengalaman ini menjadi bagian penting dalam catatan sejarahnya.
Kariernya terus menanjak dengan menjabat Danrem 061/Surya Kencana (1995), Kasgartap-1 Ibu Kota (1996), hingga Kasdam Jaya (1996). Promosi sebagai Pangdam Jaya diperolehnya pada September 1997, tapi kariernya diuji saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, di mana ia ditunjuk sebagai Panglima Komando Operasi.
Setelah beberapa tahun, Sjafrie melanjutkan kariernya sebagai Kapuspen TNI pada tahun 2002 dan akhirnya menjabat Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan pada tahun 2005 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kesaksian Prabowo
Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa ia dan Sjafrie telah bersahabat dekat sejak mereka berdua di akademi militer. Keduanya sama-sama menempuh pendidikan di Paviliun 5, Lembah Tidar dan menjalani berbagai pelatihan bersama. Meskipun kemudian berpisah untuk menjalani karier masing-masing, keduanya tetap menjalin ikatan yang kuat selama bertahun-tahun.
“Selanjutnya kita berkarier masing-masing. Beliau menjadi pengawal presiden, komandan grup di Paspampres, kemudian menjabat sebagai komandan Batalyon di Grup 1, Wakil Asisten Operasi Kopassus, hingga Komandan Korem,” kata Prabowo dalam bukunya ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.’
Mantan Danjen Kopassus ini menilai Sjafrie Sjamsoeddin bukan hanya sahabat sesama lulusan Akmil '74, tetapi juga sosok yang exempler bagi para junior dan rekan sejawat. Di matanya, Sjafrie Sjamsoeddin memiliki disiplin pribadi yang sangat tinggi, tidak pernah merendahkan orang lain, dan tidak pernah menghalangi prestasi orang lain. Ia juga dikenal selalu memimpin dengan tenang dan berpegang pada prinsip "ing ngarsa sung tulada."
“Beliau adalah sosok yang taat dan teguh pada agamanya. Saya mengalami beberapa tahun tinggal satu kamar bersamanya, dan saya menyaksikan sendiri betapa tidak pernah lepas beliau dari melaksanakan sembahyang lima waktu dan puasa Senin-Kamis. Dia juga sangat teliti,” tutur Prabowo.
“Dalam pelaksanaan operasi di Timor Timur, Aceh, dan Papua, Sjafrie Sjamsoeddin menunjukkan kesuksesan yang signifikan. Beliau sangat dicintai oleh anak buahnya, bersikap tenang, dan memiliki sifat yang pendiam. Saya yakin dia adalah salah satu jenderal terbaik dari generasi saya,” ungkap mantan Pangkostrad tersebut. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait