JAKARTA,iNewsSerpong.id - Infeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi alami tekanan di awal pekan ini. Sejumlah sentimen negatif yang bertebaran masih membayangi laju IHSG.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengungkapkan data tenaga kerja dan tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) yang cukup baik justru dapat melemahkan daya saing Indonesia di mata investor. Hal ini berpotensi memicu pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI).
"Meski ada sentimen positif dari bursa global, seperti AS, hal ini justru dapat memicu bank sentral untuk lebih mengetatkan kebijakan moneter," ujar Jono, dikutip Senin (11/7/2022).
Selain itu, menurut Jono, kenaikan harga komoditas energi seperti minyak dan batubara juga masih menjadi sentimen yang perlu diperhatikan karena dapat menjadi pemicu kenaikan inflasi.
Sementara, kenaikan kasus Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di banyak negara disebut Jono juga turut menjadi poin-poin yang perlu diperhatikan pasar.
Misalnya saja terkait kebijakan pemerintah China yang kembali memberlakukan lockdown, dan juga langkah Indonesia yang memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sampai Agustus 2022, diyakini Jono, bakal menjadi sentimen negatif yang berpotensi menjadi pemberat bagi laju indeks di pekan depan.
"Dari dalam negeri, investor akan memperhatikan data penjualan ritel bulan Mei 2022 dari Bank Indonesia yang akan dirilis pada Senin (11/7) yang menjadi gambaran daya beli masyarakat Indonesia," tutur Jono.(*)
Editor : A.R Bacho