Gandi Sulistiyanto, dari Pekalongan ke Korea

JAKARTA. Gandi Sulistiyanto dilantik menjadi Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Korea oleh Presiden Joko Widodo pada 17 November 2021. Pria kelahiran Pekalongan, 61 tahun dibebankan misi yang tidak mudah oleh presiden, membawa investasi sebanyak-banyaknya dari Korea ke Indonesia.

Sebelum ditunjuk sebagai duta besar, Sulis menghabiskan 39 tahun karirnya sebagai profesional. Memulai karir di Astra International, berlanjut ke Sinar Mas dengan bergabung pada salah satu perusahaannya, PT Asuransi Jiwa Eka Life. Dia merasakan beragam penugasan serta posisi di sejumlah pilar usaha Sinar Mas.

Tahun 2001 Sulis mendapat kepercayaan menjadi Managing Director Sinar Mas, dengan tantangan awal memimpin Task Force Team Restrukturisasi Utang Sinar Mas—ketika itu jumlahnya mencapai US$ 13,5 miliar, imbas dari krisis finansial Asia tahun 1998. Posisi Managing Director dijalaninya hingga tahun 2021.

Penunjukan Sulis sebagai duta besar tentu saja bukan hanya karena latar belakang bisnis saja, Pria lulusan Advanced Management Program (AMP) Harvard Business School juga aktif dalam kegiatan sosial budaya. Awal pandemi dia bersama sejumlah pengusaha di bawah KADIN dan Yayasan Buddha Tzu Chi menggalang donasi hingga Rp 600 miliar untuk penanganan pandemi.

Saat menjabat sebagai Ketua Umum Eka Tjipta Foundation, dia mendukung penyusunan buku Warnasari Sistem Budaya Kadipaten Pakualaman Yogyakarta yang diluncurkan Januari 2012 di Bangsal Sewatama, DI Yogyakarta agar dapat menjadi dokumentasi dan pemakaman sejarah bagi generasi mendatang. Tak hanya pelestarian budaya lokal yang luhur, budaya pop pun kerap menjadi perhatiannya.

Eka Tjipta Foundation dan sejumlah pilar bisnis Sinar Mas diajaknya terlibat dalam  dokumentasi  sosial serta budaya melalui budaya pop—dalam hal ini film layar lebar, dengan mendukung produksi tak kurang dari 11 judul film sepanjang 2006 hingga 2019. Di antaranya  Denias, Senandung di Atas Awan (2006), King (2009),  The Raid: Redemption (2011), Tanda Tanya (2011), Born to be Wild (2012), The Raid 2: Berandal (2014), Banda, The Dark Forgotten Trail (2017), Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2017), Guru Ngaji (2018), dan terakhir, Susi Susanti: Love All (2019).

Jauh dari agenda politik, namun dekat dengan semua pihak membuat ia dan perusahaan tempatnya bernaung mampu membangun hubungan baik dengan tokoh penting negeri ini. Sulis mengaku terkejut ketika diminta Presiden Jokowi untuk mengemban jabatan sebagai duta besar, apalagi dirinya tidak memiliki latar belakang sebagai diplomat. Ia mengaku ini kali kedua ditawari sebagai duta besar. Setelah berkonsultasi dengan keluarga dan mendapatkan restu dari manajemen Sinar Mas, dia pun siap berbakti bagi negara.

“Saya dipanggil oleh menteri sekretaris negara. Setelah saya menyatakan sudah siap ditugaskan kemudian menjalani tes fit and proper test di DPR dan dinyatakan lulus, setelah itu pemerintah mengirim surat kepada pemerintah Korea Selatan,” ujarnya melalui rilis Cooporate Communication Presiden of Sinar Mas.

Ia menyampaikan, dalam 100 hari pertamanya sebagai Duta Besar nantinya akan langsung membaur dan berkenalan dengan personel KBRI, ITPC, dan IIPC yang berjumlah 82 orang. Mendalami dan memahami seluruh MoU seperti special strategic partnership, IK-CEPA, JCM, DIC, RCEP, dan perjanjian lainnya, selain juga mengunjungi tokoh-tokoh diaspora dan WNI di Korea.

Selain itu, ia juga akan menyerahkan surat kepercayaan sebagai Dubes LBBP kepada pemerintah Korea, berkenalan langsung dengan menteri-menteri Kabinet Presiden Moon Jae In, pimpinan dan anggota parlemen Korea, key person Chaebol, pimpinan National Research Council  dan menggandeng Youtuber Indonesian lovers yang ada disana.

“Menjadi dubes buat saya adalah mengabdikan karya saya kepada pemerintah. Kedua, legacy saya kepada keturunan saya, anak cucu saya, dan ketiga juga legacy kepada teman-teman atau junior saya di dunia usaha, profesional. Bahwa seorang profesional itu juga bisa menjadi duta besar mewakili negara,” tuturnya.

Editor : Syahrir Rasyid