SURABAYA, iNewsSerpong.id - Nama nama Kota di Jawa Timur patut diketahui bagi Anda yang ingin menjelajah wilayah Jatim. Sebab, di beberapa kota itu terdapat banyak destinasi wisata hingga aneka kuliner lezat yang menjadi ciri khas kota tersebut.
Layaknya sebuah kota, wilayah-wilayah tersebut juga sudah tertata sedemikian rupa dengan berbagai fasilitas dan infrastrukur memadai. Ada mal, hotel hingga pusat-pusat bisnis yang cukup strategis.
Berdasarkan catatan, Provinsi Jatim memiliki 38 wilayah atau pemerintahan daerah, terdiri atas 29 kabupaten yang dipimpin oleh seorang bupati serta sembilan kota yang dipimpin oleh wali kota. Lalu, mana saja nama nama kota di Jawa Timur yang perlu diketahui, berikut daftarnya:
1. Kota Surabaya
Nama kota di Jawa Timur yang satu ini merupakan ibu kota provinsi. Kota Surabaya juga menjadi kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, sekaligus kota megapolitan terbesar di provinsi tersebut.
Kota Surabaya juga berjuluk Kota Pahlawan. Itu karena pada 10 November 1945 silam pertempuran sengit pecah di kota ini, yakni antara arek-arek Suroboyo dengan sekutu.
Berdasarkan data Wikipedia, Kota Surabaya memiliki luas sekitar ±335,28 km², dan 2.972.801 jiwa penduduk pada tahun 2022. Sebagai kota besar, Surabaya cukup komplit, karena memiliki bandara internasional Juanda serta pelabuhan Tanjung Perak, penghubung pulau-pulau di Indonesia. Kuliner khas di Kota Surabaya yakni rujak cingur, lontong balap dan semanggi.
2. Kota Malang
Kota Malang menjadi kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur (Jatim) setelah Surabaya. Kota ini berjuluk kota pendidikan karena terdapat banyak sekolah dan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Kota Malang terkenal dengan bahasa prokem walikan, yakni bahasa yang pengucapannya dibalik dari belakang. Kota ini pertama kali didirikan pada masa Pemerintahan Belanda pada tanggal 1 April 1914. Saat itu wali kota pertama yakno E.K Broeveldt.
Selain pedidikan, Kota Malang juga merupakan kota pariwisata karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan. Kota Malang juga memiliki banyak peninggalan cagar budaya peninggalan Belanda, seperti Gereja Kayutangan yang berarsitektur gotik.
Untuk kuliner, Kota Malang terkenal dengan baksonya. Ada bakso Cak Man hingga Bakso Presiden yang fenomenal hingga saat ini.
3. Kota Batu
Kota Batu terbilang baru di Provinsi Jawa Timur. Sebab, dulunya kota ini menjadi bagian dari Kabupaten Malang. Pada tahun 1993, Batu masih menjadi kota administratif dan baru di tahun 2001 menjadi kota otonom.
Meski begitu, perkembangan kota ini cukup pesat, terutama destinasi wisatanya. Selain wisata alam yang indah, ada banyak wisata buatan di wilayah perbukitan Malang ini.
Saking indahnya, Kota Batu juga disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Bersama dengan Kota Malang dan Kabupaten Malang, Kota Batu merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
4. Kota Pasuruan
Kota Pasuruan terletak 60 km sebelah tenggara Kota Surabaya. Kota Pasuruan relatif kecil dengan hanya empat kecamatan, yakni Bugul Kidul, Purworejo, Panggungrejo dan Gadingrejo.
Di Kota Pasuruan terdapat banyak industri dan pabrik, sehingga cukup strategis sebagai penyangga wilayah Mojokerto, Sidoarjo dan Kota Surabaya.
5. Kota Kediri
Kota Kediri merupakan kota tertua yang ada di Jawa Timur, yakni berdiri pada tahun 879. Berdasarkan catatan Wikipedia, pada tahun 2007 ditemukan artefak arkeologi yang menunjukkan bahwa daerah sekitar Kediri menjadi lokasi Kerajaan Kadiri, sebuah kerajaan Hindu-Buddha pada abad ke-11.
Menurut Serat Calon Arang, awal mula wilayah Kediri sebagai permukiman perkotaan dimulai ketika raja Airlangga memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari istana Kahuripan ke Dahanapura. ("Kota Api") selanjutnya lebih dikenal sebagai Daha.
Kediri dikenal merupakan pusat perdagangan utama untuk gula dan industri rokok terbesar di Indonesia. Di kota ini juga terdapat pabrik rokok kretek Gudang Garam.
Selain itu, Kota Kediri juga terkenal dengan tahu kuning atau tahu poo serta turunannya. Sampai saat ini tahu kuning Kediri menjadi oleh-oleh khas kota ini.
6. Kota Probolinggo
Probolinggo merupakan kota terbesar keempat di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang, dan Kediri menurut jumlah penduduk, yakni sebanyak 242.246 jiwa. Kota Probolinggo terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.
7. Kota Mojokerto
Kota Mojokerto termasuk yang paling kecil dibanding dengan kota kota di Jawa Timur lainnya. Sebab, kota yang berbatasan dengan Gresik dan Sidoarjo ini hanya memiliki tiga kecamatan, yakni Kecamatan Magersari, Kranggan dan Prajurit Kulon.
Menurut catatan sejarah (di akhir Majapahit 1527), Kota Mojokerto dulunya merupakan wilayah Kadipaten Djapan. Karena itu hingga saat ini masih ada tempat bernama Djapan di kota ini.
8. Kota Madiun
Kota Madiun memiliki banyak julukan, yakni kota pecel, kota pendekar hingga yang paling terkenal dan unik yakni kota gadis. Tapi jangan kecele, julukan ini dipakai bukan karena di wilayah ini terdapat banyak gadis atau perempuannya.
Julukan itu sejatinya merupakan akronim dari perdagangan, pendidikan dan perindustrian. Sebab, di kota ini terdapat industri perkeretaapian yakni PT INKA.
Di Kota Madiun ini juga terdapat sekolah tinggi perkeretaapian, yakni salah satunya Politeknik Perkeretaapian Indonesia. Sedangkan julukan kota pecel tak lain muncul karena kuliner nasi pecel yang cukup terkenal.
9. Kota Blitar
Kota Blitar identik dengan Presiden Soekarno. Sebab, di kota ini presiden pertama Indonesia dimakamkan. Keberadaan makam ini pula yang menjadikan Kota Blitar selalu ramai dikunjungi wisatawan dari luar daerah.
Selain Presiden Soekarno, Kota Blitar juga terkenal dengan tokoh Pembela Tanah Air (Peta) Soeprijadi. Saat itu dibawah komando Soeparijadi laskar Peta melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945.
Perlawanan ini pula yang mengilhami timbulnya perlawanan di daerah lain, hingga Indonesia meraih kemerdekaannya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid