JAKARTA,iNewsSerpong.id – Emiten perbankan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat rekor all time high (ATH) Rp9.025 pada Senin (28/11/2022).
Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi mengatakan, capaian kinerja keuangan BBCA selama kuartal III sesuai ekspektasi dalam analisisnya. BBCA juga menaikkan panduan untuk NIM menjadi 5,2%-5.3% dari sebelumnya 5%.
"BBCA juga optimis setidaknya akan mempertahankan level NIM saat ini di 2023F," ujar Prasetya, Selasa (29/11/2022).
Dalam risetnya, manajemen BBCA mengungkapkan bahwa perseroan optimis dapat mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 10% pada tahun 2022. Didukung oleh segmen korporasi, terutama perusahaan telekomunikasi, infrastruktur, dan pertambangan.
Terkait biaya kredit, Samuel Sekuritas menilai semua bank mengatakan bahwa mereka puas dengan rasio coverage saat ini, dan meskipun ada risiko penurunan kualitas aset di masa mendatang karena lingkungan inflasi yang tinggi, CoC akan menurun di 2023F, yang akan mendorong pertumbuhan pendapatan bank.
Hingga akhir tahun ini tantangan BBCA datang dari depresiasi rupiah. Sebab, hal tersebut dapat mendorong BI untuk menaikkan BI7DRRR dengan lebih agresif.
BBCA memperkirakan bahwa Fed akan melanjutkan kebijakan agresif hingga semester I 2023, sebelum memulai siklus penurunan suku bunga di kuartal IV 2023.
Namun, BBCA masih cukup yakin bahwa pihaknya akan mampu mempertahankan tingkat TD berkat likuiditasnya yang melimpah dengan LDR 66% di kuartal III 2022.
Perseroan juga masih tetap optimis dapat membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12% di 2023, naik dari 10% di 2022, didukung dengan meningkatnya permintaan kredit seiring dengan perbaikan ekonomi setelah pandemi.
Prasetya menuturkan, pihaknya masih menyukai BBCA hingga saat ini, mengingat risiko kreditnya yang rendah dan fakta bahwa BBCA merupakan salah satu institusi perbankan terbaik di Asia.
Sementara itu, CGS CIMB Sekuritas mempertahankan rekomendasi add saham BBCA dengan target harga Rp 9.300.
"Walaupun saat ini BBCA ditradingkan relatif premium 4.36x P/BV 23F, menurut kami inflow asing yang terus masuk ke Indonesia bisa meningkatkan valuationnya dalam waktu dekat," tulis analis CGS CIMB Sekuritas Handy Noverdanius dalam risetnya.(*)
Editor : A.R Bacho