AMSTERDAM, iNewsSerpong.id - Patung Buddha berusia 1.000 tahun diobservasi tim peneliti dan menemukan hal tak terduga.
Ilmuwan mengungkap proses pengawetan mumi seorang yang dilakukan dengan cara berbeda. Hal itu karena dianggap sebagai bentuk pencerahan religius tertinggi.
Banyak fakta aneh yang berlawanan dengan ilmu sains ditemukan para peneliti. Hal ini seolah menjadi misteri dan rahasia yang tidak mudah diungkapkan.
Bahkan Erik Brujin, seorang pakar agama Buddha yang memimpin penelitian itu hanya menemukan sedikit jawabannya. Setelah diteliti lebih lanjut, Erik Brujin, seorang pakar agama Buddha mengatakan mumi itu adalah seorang biksu bernama Liuquan Zhanggong dia diperkirakan meninggal pada tahun 1.100 M.
Penduduk di China sebagian percaya, banyak biksu menganggap bahwa Liuquan sedang bermeditasi, bukan meninggal tanpa sebab. Tak berhenti sampai di situ, para peneiliti juga menemukan gulungan kertas dengan tulisan mandarin di patung tersebut.
Para peneliti menemukan potongan kertas yang dicetak dengan huruf kuno. Para peneliti juga mengungkapkan terkait dengan adanya mumi di dalam patung Buddha tersebut. Hal ini kerap disebut sebagai mumifikasi para biksu.
Dikutip buzznicked, seorang biksu melakukan hal itu karena dianggap sebagai bentuk pencerahan religius tertinggi. Mumifikasi biksu adalah proses panjang yang dimulai ketika biksu bermeditasi untuk mencapai pencerahan.
Selama masa itu, para biksu hanya akan mengonsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian untuk melepas semua lemak di tubuh. Setelah satu tahun diet, biksu akan disegel di dalam patung dan dikubur seperti yang ditemukan.
Mereka juga diberi teh yang terbuat dari pohon pernis dan menggunakan tabung untuk makan. Mereka juga akan memiliki bel yang akan dibunyikan untuk memberi tahu semua orang bahwa mereka masih hidup. Ketika bel berhenti berdering, biksu itu akan dikubur dan disegel di dalam patung itu selama tiga tahun lagi.
Setelah tiga tahun, mereka akan membuka kembali dan menemukan biksu yang meninggal.
Jika utuh, biksu itu diyakini telah mencapai pencerahan sejati. Sebaliknya, jika ditemukan membusuk, mereka percaya bahwa biksu tersebut tidak memenuhi tujuan mereka untuk mencapai pencerahan sejati.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta