YOGYAKARTA, iNewsSerpong.id - Minimarket semacam Indomaret atau Alfamart keberadaanya sudah menggurita. Bukan hanya di tengah kota, tetapi sudah masuk ke perkampungan, pedesaan.
Namun kini muncul bisnis serupa namun dikelola secara sederhana namun konsisten yakni warung Madura.
Keberadaan minimarket Indomaret dan Alfamaret yang bersaing meraih pembeli kini harus berfikir keras untuk menjaga pelanggan setianya. Sebab keberadaan warung Madura juga sama dengan toko retail tersebut.
Hingga di gang-gang kecil perkampungan pun kerap dijumpai warung Madura. Di sudut-sudut permukiman warga juga mudah ditemui. Menariknya apa yang dijual di Indomaret atau Alfamaret ternyata dijual juga di warung Madura.
Namun ada satu hal yang paling membedakan antara warung Madura dengan minimarket.
Ketua Keluarga Madura Yogyakarta (KMY) Jugil Adiningrat mengatakan, perantau asal Madura banyak yang memilih membuka usaha warung.
"Ciri lain yang bisa terlihat adalah warung Madura menjual bensin eceran," kata dia.
Sementara rak-rak dagangan di warung kelontong terlihat sangat rapi dan dibedakan berdasarkan jenis barangnya.
"Kita menggunakan pembanding, misal kalau di Alfamart itu barangnya fresh semua, ya kita juga harus menyediakan barang yang fresh juga lengkap," tuturnya.
Dia menyebut, satu pemilik warung kelontong Madura dapat menerima omset Rp2 juta. Jika lokasi cukup ramai, omset warung kelontong Madura bisa mencapai Rp15 juta per harinya.
Jugil mengatakan kehadiran warung Madura mematahkan anggapan banyak orang bahwa toko kelontong rakyat akan terbunuh dengan gurita minimarket.
"Nah warung Madura justru tumbuh subur bak jamur di musim hujan," bebernya
Jugil menyebut kekuatan utama perkembangan warung Madura terletak pada jejaring etnis yang membentuk sistem kekerabatan antar perantau asal Madura.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta