JAKARTA, iNewsSerpong.id - Bagaimana tata cara mengerjakan sholat witir setelah tahajud? Apa bacaan niatnya?
Di bulan Ramadhan, sholat witir biasanya dikerjakan setelah sholat tarawih. Meskipun demikian, umat Islam diperbolehkan untuk mengerjakannya di malam hari setelah sholat isya’ dan sebelum terbit fajar shadiq.
Maka, melakukan sholat witir setelah sholat tahajud diperbolehkan. Adapun penjelasan mengenai tata cara dan bacaannya adalah sebagai berikut.
Sholat Witir setelah Tahajud
Jumlah rakaat sholat witir
Minimal jumlah rakaat sholat witir adalah 1 rakaat. Sedangkan jumlah rakaat paling banyak untuk sholat ini adalah 11 rakaat.
Namun perlu diketahui bahwa sholat witir harus dilakukan dengan jumlah rakaat yang ganjil. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW.
اَلْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
Artinya: (Shalat) witir adalah hak bagi semua umat Islam, maka barang siapa yang suka untuk melakukan witir dengan lima rakaat, maka lakukanlah. Barang siapa yang suka melakukan witir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan, barang siapa yang yang suka melakukan shalat witir dengan satu rakaat, maka lakukanlah. (HR Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Pelaksanaan sholat witir
Pada bulan Ramadhan, umat Islam di Indonesia biasa mengerjakan sholat witir 3 rakaat dengan 2 kali salam, dimana sholat pertama dilaksanakan 2 rakaat dan sholat kedua 1 rakaat. Walaupun mayoritas melaksanakan demikian, ada juga yang langsung menyambung 3 rakaat tersebut dengan satu salam.
Meskipun cara kedua diperbolehkan dalam mazhab Syafi’i, cara pertama lebih dianjurkan. Syekh Sulaiman al-Bujairami dalam kitab Hasyiyah al-Bujairami ala al-Manhaj menjelaskan bahwa, "Bagi orang yang melaksanakan witir lebih dari satu rakaat maka boleh baginya untuk menyambung witir dengan satu tasyahud di akhir rakaat atau dua tasyahud di dua rakaat terakhir. Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Namun, praktik yang pertama (satu tasyahud) lebih utama. Dalam menyambung rakaat dilarang lebih dari dua tasyahud dan juga tidak boleh melakukan awal dari dua tasyahud sebelum dua rakaat terakhir, sebab praktik demikian tidak pernah ditemukan dalam shalat Rasulullah."
Sementara itu, syarat dan rukun sholat witir tak berbeda jauh dari sholat lainnya. Dengan kata lain, sholat ini dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Bacaan niat sholat witir
Adapun bacaan niat sholat witir dalam berbagai jumlah rakaat adalah sebagai berikut.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 2 salam sendirian
Bacaan niat untuk 2 rakaat pertama:
أصلى سنة من الوتر ركعتين لله تعالى
Ushallii sunnatam minal witri rak'ataini lillaahhi ta'aalaa.
Artinya: Aku berniat salat sunah Witir 2 rakaat karena Allah ta'ala.
Bacaan niat untuk 1 rakaat di salam kedua:
أصلى سنة من الوتر ركعة لله تعالى
Ushallii sunnatam minal witri rak'atal lillaahhi ta'aalaa.
Artinya: Aku berniat salat sunat Witir satu rakaat karena Allah ta'ala.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 2 berjamaah (untuk imam)
Bacaan niat untuk 2 rakaat pertama:
اُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal Witri rak‘ataini mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: Aku menyengaja sembahyang sunnah bagian dari salat Witir 2 rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam, karena Allah SWT.
Bacaan niat untuk 1 rakaat di salam kedua:
اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam, karena Allah SWT.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 2 berjamaah (untuk makmum)
Bacaan niat untuk 2 rakaat pertama:
اُصَلِّى سُنَّةَ مِنَ الوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal witri rak’ataini mustaqbilal qiblati ada’an makmuman lillahi ta’ala
Artinya: Aku menyengaja salat sunah bagian dari salat witir dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum, karena Allah Ta’ala.
Bacaan niat untuk 1 rakaat di salam kedua:
اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal witri rak’atan mustaqbilal qiblati ada’an makmuman lillahi ta’ala.
Artinya: Aku menyengaja salat sunah bagian dari salat witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah Ta’ala.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 1 salam sendirian
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka‘âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Aku berniat salat sunah salat Witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta’ala.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 1 salam berjamaah (untuk imam)
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal witri tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaan imaaman lillahi ta’aala.
Artinya: Aku menyengaja salat sunah witir tiga rakaat, dengan menghadap kiblat, sebagai imam, karena Allah Ta’ala.
-Bacaan niat sholat Witir 3 rakaat 1 salam berjamaah (untuk makmum)
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal witri tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaan ma’muuman lillahi ta’aala.
Artinya: Aku menyengaja salat sunah witir 3 rakaat, dengan menghadap kiblat, sebagai makmum karena Allah Ta’ala.
Usai mengerjakan sholat witir dianjurkan membaca سُبْحَانَ المَلِكِ القُدُّوسِ sebanyak tiga kali. Kemudian, seseorang yang telah melaksanakan sholat witir boleh memilih untuk membaca doa berikut ini.
سُبْحَانَ المَلِكِ القُدُّوْسِ رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ، جَلَّلْتَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ بِالعَظَمَةِ وَالْجَبَرُوْتِ، وَتَعَزَّزْتَ بِالْقُدْرَةِ، وَقَهَّرْتَ الْعِبَادَ بِالْمَوْتِ. اَللّٰهُمَّ إنِّيْ أَعُوذُ بِرِضَـاكَ مِنْ سُخْطِكَ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم (وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ)
Artinya: Maha Suci Allah Penguasa Yang Kudus, Tuhan para malaikat dan Jibril. Engkau penuhi langit dan bumi dengan kemuliaan dan keperkasaanMu. Engkau memiliki keperkasaan dengan kekuasaanMu, dan Engkau tundukkan hambaMu dengan kematian. “Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari kemurkaanMu, aku berlindung dengan maafMu dari siksaanMu, dan aku berlindung kepadaMu dariMu, aku tidak bisa menyebut semua pujian untukMu sebagaimana Engkau memuji diriMu sendiri. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan terkutuk dari tiupan dan bisikannya, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. (*)
Editor : Syahrir Rasyid