JAKARTA, iNewsSerpong.id - Saat ini, jenis logam yang terkandum dalam lumpur Lapindo masuk ke dalam mineral super langka yang diburu dunia. Hal tersebut diungkapkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM yang menyatakan, lumpur lapindo mengandung rare earth atau logam tanah jarang. Hal yang membuat rare earth begitu banyak diburu tak lain karena harganya yang fantastis.
Di saat harga batu bara hanya di kisaran USD200 per metrik ton, harga rare earth bisa mencapai USD178.378 atau Rp2,55 miliar per metrik ton. Kabar ini jadi angin segar setelah belasan tahun luapan lumpur ini menjadi nestapa bagi penduduk sekitar dan Lapindo Brantas Inc. Tercatat, lumpur lapindo di Sidorajo, Jawa Timur menyembur sejak 2006.
Lapindo Brantas Inc, induk usaha PT Minarak Lapindo Jaya, perusahaan yang memiliki konsesi wilayah kerja di Sidoardjo. Mereka harus meminjam lebih dari Rp11 ribu untuk ganti rugi. Mereka juga meminjam uang negara yang kini menjadi sisa utang sebesar Rp1,19 triliun yang sudah jatuh tempo Juli 2019 lalu. Lihat juga: Diisukan Dekat dengan Banyak Wanita, Raffi Ahmad Malah Tak Segan Menggoda Balik Jika Sedang Tampil
Karena kasus ini, Lapindo Brantas Inc pernah menjadi perusahaan yang tidak berharga. Melalui Kalila Energy Ltd dan Pan Asia Enterprise Ltd, perusahaan ini akan dijual kepada Lyte Ltd dengan harga USD2 atau Rp18.400 (berdasarkan kurs yang berlaku kala itu). Namun, transaksi itu akhirnya dibatalkan oleh pihak otoritas. Sebelumnya, Lapindo Brantas Inc pernah dimiliki oleh Grup Bakrie. Namun, setelah hanya menyisakan lumpur, Bakrie menjualnya pada 2008. Pemegang saham PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) menyetujui konversi utang kedua anak usahanya, Kalila Energy Limited (KEL) dan Pan Asia Interprise Limited (PAN) selaku pemilik Lapindo kepada Minarak Labuan Co. (*)
Editor : Syahrir Rasyid