JAKARTA, iNewsSerpong.id - Game masih menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat di Indonesia. Tak heran, orang Indonesia menghabiskan banyak uang untuk bermain game.
Orang Indonesia bisa menghabiskan 2 miliar dolar AS atau Rp30 triliun untuk bermain game. Sayangnya, uang itu masuk ke luar negeri. Direktur Marketing Telkomsel Derrick Heng mengatakan tidak banyak talent Indonesia yang membuat game secanggih di luar negeri.
"Sebenarnya talent ada tapi mensupport soft game. Nah gimana akhirnya ada yang mewadahi," ujar Derrick kepada media saat ditemui di Jakarta.
Derrick menambahkan saat ini pihaknya bekerja sama dengan Digital Happiness dan Majalah Mojo. Pihaknya sudah mengembangkan game dan mendapatkan penghargaan dari rising game meski sifatnya masih casual.
"Tapi it;s oke, kita mulai dari situ. Cara kedua uang yang mengalir bukan karena kita main game saja tapi uang mengalir semacam jaringannya. Ada mereka yang menjadi developer. Dari 100 persen di game ada yang caster 40 persen yang ke developer dispent ke developer, 30 persen ke publisher seperti Garena atau Google," tuturnya.
Derreck menambahkan agar bisa memasarkan game online ke pasar lokal, tentunya harus mengusai uang yang beredar dan harus melihat di mana pengguna itu bermain.
"Publisher memasarkan game Indonesia karena mereka yang lebih tahu pasar game Indonesia. Terus juga payment semua E-Money lokal agar uangnya ditarik ke Indonesia, uang di top up harus pakai alat tukar. Begitulah ambil uang di industri game," tuturnya.
Untuk mencapai target itu, kata Derreck, memang tidak mudah. Menurutnya di luar sana juga berkembang.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid