JAKARTA, iNewsSerpong.id - Kok bisa? Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengidentifikasi mobil-mobil listrik China sebagai ancaman terhadap keamanan nasional karena potensi perangkat lunak yang bisa digunakan untuk melacak individu dan meretas data pribadi.
Biden juga mengingatkan bahwa China dapat mengakses mobil listrik secara remote atau menonaktifkannya sama sekali. Oleh karena itu, Biden berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah produsen otomotif China memperluas penjualannya di AS karena risiko keamanan yang terkait.
"China dapat membanjiri pasar kami dengan mobil mereka, menimbulkan risiko bagi keamanan nasional kami. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi selama masa jabatan saya," ujar Joe Biden dilansir dari Daily Mail, Senin (4/3/2024).
Untuk Melacak Data
Saat ini, terdapat 2,4 juta mobil listrik terdaftar di AS. Biden memperingatkan bahwa jika China diperbolehkan, mereka akan terus membanjiri Amerika dengan mobil listrik mereka. Ini mengakibatkan produsen mobil memiliki kemampuan untuk melacak data konsumen ketika mobil terhubung dengan ponsel dan sistem navigasi.
Biden menyamakan kendaraan tersebut dengan 'smartphone beroda' dan menyatakan bahwa pemerintahnya sedang menyelidiki potensi dampak terhadap keamanan nasional dengan kemungkinan larangan terhadap mobil China di masa mendatang.
China telah membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan produksi mobil listriknya, menyumbang 69 persen dari penjualan mobil listrik global baru hanya pada bulan Desember. Pada tahun lalu, sekitar 9 juta mobil listrik terjual di seluruh dunia dengan 1,4 juta di antaranya di AS.
China memproyeksikan penjualan 11,5 juta mobil listrik tahun ini dan berencana untuk menguasai 45 persen dari pasar mobil listrik pada tahun 2027, sementara AS memperkirakan hanya 2,5 juta pada tahun 2028.
Departemen Perdagangan AS sedang menyelidiki perangkat lunak otomotif buatan China yang tertanam di mobil listrik, yang memiliki kemampuan untuk melacak pergerakan dan aktivitas pengguna.
Penyelidikan ini dimulai setelah BYD, produsen mobil listrik terbesar di China, membuka fasilitas produksi di Meksiko. Kekhawatiran bahwa BYD akan mengirim mobil listriknya ke AS telah memicu desakan dari para legislator untuk mengambil tindakan tegas terhadap produsen mobil China, termasuk penerapan tarif baru.
Lael Brainard, yang memimpin Dewan Ekonomi Nasional Presiden, menyatakan bahwa China sedang membanjiri pasar luar negeri dengan mobil mereka. Dia mengingatkan bahwa mobil-mobil tersebut dapat terhubung dengan infrastruktur AS dan mengumpulkan jumlah informasi yang besar.
Pada tahun 2023, BYD berhasil menjual 3 juta mobil listrik secara global. Sementara di AS, hanya 1,2 persen dari 281 juta mobil yang terdaftar tahun lalu adalah mobil listrik atau hibrida.
BYD telah melampaui Tesla sebagai produsen mobil listrik terlaris dan berencana untuk memasuki pasar tambahan termasuk Meksikodan Timur Tengah.
Meskipun BYD menegaskan bahwa mereka tidak berencana untuk memasuki pasar AS, harga yang terjangkau dari mobil listrik China masih menarik minat konsumen di AS. Harga rata-rata mobil listrik di AS adalah USD72.000.
Pemerintahan Biden telah memperhatikan kekhawatiran bahwa rencana energi hijau mereka dapat memperkuat dominasi China di pasar global, terutama dalam sektor baterai kendaraan listrik dan sel surya. Biden mengumumkan penyelidikan terhadap mobil listrik China sebagai respons terhadap kekhawatiran ini.
Sikap Biden terhadap mobil listrik China tampaknya sejalan dengan peringatan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI bahwa perangkat buatan China, termasuk drone, dapat membawa risiko keamanan dengan mengakses dan mengeksploitasi data pengguna. (*)
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com oleh Mohammad Saifulloh dengan judul "Amerika Umumkan Mobil Listrik China sebagai Ancaman Keamanan".
Editor : Syahrir Rasyid