JAKARTA, iNewsSerpong.id - Pemilik TikTok asal China, ByteDance, akan dipaksa menjual aplikasi video pendek tersebut atau menghadapi larangan beroperasi. Dilansir dari Reuters pada Sabtu (16/3/2024),
Pemaksaan itu menyusul keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) pekan ini yang mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) terkait aplikasi dari China itu.
Berikut profil dari raksasa teknologi asal China, ByteDance.
Dikenal sebagai "Pabrik Aplikasi" karena sering merilis aplikasi seluler, ByteDance didirikan oleh insinyur perangkat lunak Zhang Yiming pada 2012 di Beijing.
Perusahaan ini terkenal akan kecanggihan algoritmanya. Aplikasi utamanya seperti TikTok, Douyin, dan Toutiao menarik ratusan juta pengguna.
Terobosan pertama mereka adalah Toutiao, sebuah aplikasi agregasi berita yang diluncurkan pada tahun 2012. Toutiao menggunakan algoritma canggih untuk menyajikan konten yang dipersonalisasi.
Douyin, aplikasi kembaran TikTok di China, diluncurkan pada akhir tahun 2016. Douyin mencapai kesuksesan besar di China dengan mencatat lebih dari 100 juta pengguna dalam waktu kurang dari setahun setelah dirilis.
ByteDance kemudian meluncurkan versi internasional Douyin yang dikenal sebagai TikTok pada tahun berikutnya. Meskipun ByteDance mengklaim bahwa keduanya adalah produk yang berbeda, keduanya memiliki logo yang sama dan desain antarmuka pengguna yang serupa.
Pendiri ByteDance, Zhang Yiming, lahir di Provinsi Fujian. Sebelum mendirikan ByteDance, ia bekerja di beberapa perusahaan teknologi, termasuk Microsoft.
Di tahun-tahun awal ByteDance, Zhang fokus bekerja di Beijing untuk mengembangkan Toutiao dan Douyin. Namun, sejak merebaknya pandemi COVID-19, ia menghabiskan lebih banyak waktu di luar negeri, dengan Singapura sebagai basis utamanya.
Pada tahun 2021, Zhang mengundurkan diri sebagai CEO ByteDance dan menyerahkan kendali kepada Liang Rubo, salah satu pendiri dan teman sekamarnya di universitas. Zhang menyatakan bahwa ia tidak memiliki keterampilan sosial untuk menjadi manajer yang ideal dan lebih memilih untuk fokus pada strategi jangka panjang perusahaan.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh TikTok pada bulan Mei sebelumnya, sekitar 60% saham ByteDance dimiliki oleh investor global seperti Carlyle Group, General Atlantic, dan Susquehanna International Group, sementara sisanya dimiliki oleh karyawan Zhang.
Namun, Zhang masih mengendalikan lebih dari 50% hak suara ByteDance. (*)
Editor : Syahrir Rasyid