IDXChannel, iNewsSerpong.id — Kisah sukses setelah di-PHK kali ini tentang Mbak Lastri, pedagang yang sukses berbisnis jajanan pisang coklat lumer hingga mampu membuka delapan cabang di Kota Malang.
Mbak Lastri dulunya adalah seorang karyawan di satu perusahaan swasta di Jawa Barat. Namun terkena gelombang Pemutusan Hubungan Kerja beberapa tahun silam. Ia sendiri mulai berdagang pisang cokelat sejak 2016.
“Ide berawal dari perkumpulan sesama PHK. Kami berembuk memikirkan cara bagaimana mencari nafkah setelah kena PHK,” tuturnya dalam kanal YouTube Indorasa 28.
Salah seorang dari perkumpulan karyawan PHK itu berdagang pisang cokelat, namun karena menyadari persaingan di kota domisilinya saat itu sudah terlalu tinggi. Lastri memutuskan untuk membawa produk itu untuk dijual di Malang, Jawa Timur.
Benar saja, produk pisang cokelat itu diterima masyarakat Malang dengan baik. Salah satu kios Pisang Cokelat KWB—nama produk Lastri itu—mampu menjual 10 boks per hari, dengan isi 40 pisang satu boks. Artinya, 400 pisang dalam sehari.
Lastri menjual piscok lumernya di harga Rp2.500 per potong. Dengan asumsi tiap kios mampu menjual rata-rata 10 boks per hari dengan isian 40 piscok, maka total omzet yang Lastri dapatkan dari penjualan piscoknya adalah Rp8 juta dalam sehari.
Dalam sebulan, jika angka penjualan itu konsisten, Lastri bisa mendapatkan puluhan juta. Kini, dalam sehari usaha Lastri ini memproduksi 4.000 gulung piscok dibantu delapan karyawan. Tiap karyawan membuat ratusan gulung dalam sehari.
Namun secara total, usaha piscok Lastri ini mempekerjakan 18 orang, mulai dari produksi, kios, hingga administrasi.
“Rata-rata satu hari bisa mendapat Rp5 juta dari semua kios. Dalam satu bulan bisa catat omzet Rp90 juta. Itu omzet, belum laba,” lanjutnya.
Siapa sangka, usaha dengan modal awal Rp1,5 juta untuk pembuatan gerobak dan pembelian bahan ini mampu berkembang hingga Lastri sukses membuka beberapa cabang di Kota Malang.
“Tentu ada cerita sedihnya. Kita pernah diusir orang pas jualan. Kita pengenalan produk ke daerah sini satu tahun, karena orang sini biasa makan lumpia, bukan piscok,” lanjutnya.
Lastri bahkan harus datang dari rumah ke rumah untuk menawarkan piscoknya. Dulu juga ia rela membuka layanan pesan antar bagi pelanggannya. Kini dengan keberadaan kiosnya di beberapa titik, Lastri dapat berjualan lebih leluasa.
Itulah kisah sukses setelah di-PHK yang dialami Lastri, eks karyawan yang sukses jadi pedagang piscok di Malang. (NKK)
(*)
Editor : Syahrir Rasyid