get app
inews
Aa Text
Read Next : Dimana Bedanya Mesin Cuci Bukaan Depan dan Atas?

Mampu Berkamuflase Mirip Pohon, Inilah Kisah Unik di Balik Seragam Kopassus

Kamis, 03 Maret 2022 | 07:00 WIB
header img
Kopassus (Foto/Dok: Ist)

JAKARTA, iNewsSerpong.id -Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman memperkenalkan seragam baru TNI AD yang menggunakan motif khas Angkatan Darat yang berbeda dari loreng TNI pada umumnya.

Ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara Loreng Malvinas TNI dan Loreng TNI AD, terutama pada penggunaan warna, komposisi, dan bentuk.

Loreng Malvinas yang dapat ditemukan pada seragam TNI pada umumnya terdiri atas tiga blok warna berukuran besar, yaitu warna hijau tua — kerap dikenal dengan hijau tentara (army), cokelat tua, dan warna yang dekat dengan krem gading (ivory cream).

Sementara itu, Loreng TNI AD yang diperkenalkan oleh Kasad punya blok warna lebih banyak, terutama untuk gradasi warna cokelat dan hijau. Loreng TNI AD sebagaimana diperlihatkan pada seragam baru Angkatan Darat itu memiliki blok-blok warna berukuran lebih kecil, yang terdiri atas warna hijau tentara dengan intensitas lebih terang, serta hijau zaitun (olive) terang, cokelat tua yang berpadu dengan cokelat muda, serta warna krem yang lebih terang.

Prajurit baret merah Kopassus ternyata juga memiliki seragam yang tidak kalah kerennya. Seragam terbaru ini bahkan jauh berbeda dari seragam sebelumnya.

Dilansir buku Kopassus untuk Indonesia jilid II, Analisa dan evaluasi selalu diadakan setibanya para prajurit kembali dari daerah penugasan. Hasilnya adalah mengenai satu set IPP integrated Personal Protection) pertempuran hutan untuk ketinggian kisaran 2.000 mdpl atau perlindungan perorangan terpadu gunung hutan. Perlengkapan yang terdiri dari sembilan peralatan ini akan memberikan perlindungan bagi setiap individu prajurit.

Alam di kisaran ketinggian 2000 mdpl memiliki fitur-fitur yang berbeda jika dibandingkan misalnya dengan alam pantai ataupun daerah-daerah di kisaran ketinggian 500 mdpl ke bawah. Hutan hujan tropis di Indonesia rata-rata terletak di antara 900-1500 mdpl dan jika ada pegunungan di wilayah tersebut maka bisa mencapai 2.000 mdpl atau lebih. Alam seperti inilah yang menjadi dasar dari pengembangan IPP Set yang kemudian disebut IPP Set

"Pertempuran Hutan". Uji coba IPP Set ini dilakukan sejak 2020 dan akhirnya pada pertengahan 2021 mendapatkan sertifikasi dari TNI AD.

Masukan dari hasil evaluasi prajurit menjadi sentral dalam penelitian dan pengembangan IPP set ini. Pakaian Dinas Lapangan (PDL) yang sekarang menggunakan corak "loreng Malvinas". Disebut Malvinas karena menggunakan corak loreng yang menjadi populer pada saat perang Malvinas antara Inggris dan Argentina pada awal 1980-an. Pakaian loreng yang didominasi nada hijau dan cokelat.

Dengan kondisi alam yang berbeda pada ketinggian lebih dari 2.000 mdpl, loreng ini tidak lagi memberikan perlindungan malahan membuat prajurit mudah diincar. Sehingga prajurit Kopassus tidak dapat melakukan kemampuan berkamuflase. Lalu, pakaian ini pun masih harus dicoba dalam kondisi basah. Ketika basah, pakaian ini tidak boleh menjadi nuansa gelap, karena dapat mudah terlihat dengan night vision goggle (NVG).

Bukan hanya warna dan corak loreng yang menjadi masukan dan prajurit di lapangan, tetapi terutama juga adalah masalah beban yang harus dibawa. Sekali melakukan patroli, setiap tim diharuskan berjalan 6-10 hari di hutan-tergantung jenis penugasan-maka beban logistik yang harus mereka bawa cukup berat, di luar senjata dan amunisi.

Selain itu, ransel yang selama ini digunakan juga kurang sesuai dengan postur tentara Indonesia yang memiliki tubuh tidak terlalu tinggi, sehingga sering ketika mereka harus tiba-tiba tiarap dan tidak sempat melepas ransel, bahkan kepala sering terkubur ransel sendiri dan sulit diangkat untuk melihat sekitar.

Dari catatan-catatan seperti ini, maka dirancanglah ransel yang sesuai postur tentara Indonesia, ransel yang mampu mendistribusikan berat pada bahu dan pinggang, mudah dilepas dalam kondisi terdesak, dan ikut bergerak sesuai ayunan tubuh ketika melangkah sehingga tidak mencederai pinggang atau kaki.

Kemudian dirancang juga sebuah jas hujan dan pakaian penghangat yang ringan, kecil ketika dilipat, dan mudah kering, sudah tentu dalam warna dan corak loreng kamuflase "Pertempuran Hutan". Jas hujan ini dirancang untuk menggantikan ponco. Sebab, ponco biasanya terbuat dari bahan sintetik itu ternyata bila terkena perbedaan suhu ekstrem akan menjadi kaku dan mudah rusak.

Dua barang yang berada di garda depan perlengkapan yang memberikan perlindungan penutup adalah kepala dan rompi anti peluru. Kedua barang ini juga dirancang dengan amat hati-hati dengan menggunakan material yang tepat guna. Helm dan rompi anti peluru juga tidak lagi berat dan besar, tetapi ringan, ringkas, dan kuat.

Semua perlengkapan ini masih prototipe, dalam artian akan terus dilakukan penyesuaian tergantung lokasi penugasan. Untuk itu, Kopassus menjalin kerja sama dengan vendor ahli di masing-masing bidangnya, mulai dari perancang produk, pabrik pembuat prototipe, tekstil, penjahitan, sampai hal-hal yang terlihat remeh tetapi amat penting seperti jenis velcro, sangkutan, kaitan, bahkan tali senar.

Langkah pembaharuan dalam perlengkapan militer yang ergonomis dan kuat sesuai dengan medan penugasan di Indonesia masih terus berlanjut.

Berbagai rancangan telah terpikirkan, ada yang masih dalam tahap penyempurnaan, ada juga yang sudah mulai diproduksi seperti misalnya kerja sama dengan PT Pindad untuk memproduksi senapan dengan spesifikasi lomba. Ada kebanggaan tersendiri ketika tahu bahwa alat yang digunakan di medan penugasan, balik tempur maupun lomba, adalah hasil karya bangsa sendiri. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut