get app
inews
Aa Text
Read Next : BYD Atto 1 Geser Dominasi Kijang Innova, Ini 10 Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025

GIIAS 2025: Perang Harga Ditabuh, Tanggapan Gaikindo Mengejutkan

Kamis, 31 Juli 2025 | 15:58 WIB
header img
Gelombang perang harga mulai mengguncang industri otomotif Indonesia terlihat pada GIIAS 2025. (Foto: iNews.id)  

TANGERANG RAYA, iNewsSerpong.id -- Pasar otomotif Indonesia kini mulai digetarkan gelombang "perang harga" seperti yang terjadi pada ajang GIIAS 2025.

Secara agresif, produsen mobil asal China menekan harga jual melalui peluncuran produk baru yang sangat terjangkau, serta memberikan potongan harga besar-besaran pada model-model yang sudah ada.

Fenomena ini menarik perhatian serius dari para pelaku industri nasional.

Harga Terjangkau Untungkan Masyarakat

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, melihat fenomena ini sebagai bagian dari dinamika industri yang lebih luas dan kompleks.

Dia menegaskan bahwa faktor teknologi dan riset yang mendalam menjadi kunci utama dalam persaingan harga saat ini.

"Perang harga merupakan konsekuensi dari proses yang panjang. Salah satunya adalah teknologi. Teknologi ini dilandasi oleh R&D dari berbagai aspek. Dengan demikian, masyarakat juga diuntungkan karena harganya menjadi lebih murah," ujar Kukuh, pada Selasa lalu.

Dia menjelaskan bahwa kemajuan teknologi membuat struktur kendaraan menjadi jauh lebih efisien. Komponen yang dahulu rumit dan besar kini telah bertransformasi menjadi sistem digital yang lebih sederhana, layaknya peralihan dari jam analog menuju smartwatch.

"Saya ambil contoh sederhana. Mobil-mobil lama, yang konvensional, masih menggunakan teknologi analog. Misalnya, speedometer masih berupa jarum, ada kabelnya, dan gigi-giginya. Sekarang, dengan teknologi baru, semuanya sudah digital seperti handphone," katanya.

Kompetisi Harga Masih Batas Wajar

Kukuh menilai bahwa kompetisi harga yang tengah berlangsung masih dalam batas wajar. Selama persaingan tetap sehat dan didukung oleh riset teknologi, konsumen adalah pihak yang paling diuntungkan.

"Selama itu normal, kenapa tidak? Ini menguntungkan masyarakat. Bila teknologi tersebut juga diadaptasi di sini, kita juga bisa merasakannya. Namun, perlu dicatat bahwa perkembangan persaingan seperti itu tidak akan terjadi tanpa adanya R&D," tambah Kukuh.

Di lapangan, kondisi ini memicu respons cepat dari para pelaku industri. Misalnya, BYD mengejutkan pasar dengan peluncuran Atto 1 yang dibanderol mulai Rp195 juta, yang segera memaksa pabrikan lain untuk meracik strategi balasan.

Bahkan, Wuling dilaporkan memberikan diskon puluhan juta rupiah untuk model Air ev dan BinguoEV demi mempertahankan daya saing.

Perang harga telah dimulai, dan bagi konsumen Indonesia, ini menandai awal era mobil murah berteknologi tinggi. (*)

 

 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut