Guru Madrasah Yang Terlupakan, Kok Bisa?
Penulis : Syahrir Rasyid -- Pimpinan Redaksi iNewsSerpong
ASPIRASI para guru madrasah akhirnya sampai ke Istana Negara. Perwakilan organisasi guru madrasah diterima langsung oleh Wakil Menteri Sekretariat Negara, Juri Ardiantoro, di Kantor Kementerian Sekretariat Negara.
Awalnya, para perwakilan berharap bisa menyampaikan aspirasi langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
Namun, sang presiden yang dikenal memiliki komitmen kuat terhadap dunia pendidikan tengah melakukan perjalanan ke Korea Selatan untuk menghadiri KTT APEC.
Kedatangan mereka membawa satu harapan besar: agar pemerintah memberi afirmasi bagi guru madrasah untuk diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Juri Ardiantoro menyampaikan bahwa pemerintah memahami keresahan para guru madrasah yang merasa belum mendapatkan perlakuan setara dengan guru di sekolah umum, terutama soal status kepegawaian.
“Masalahnya, proses pengangkatan guru menjadi ASN atau PPPK tidak sesederhana itu,” jelas Juri, Kamis (30/10/2025), seperti dikutip dari iNewsSerpong.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa Presiden Prabowo berkomitmen penuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia — baik di sekolah umum maupun di madrasah.
Dua orang pengunjung kebun binatang sedang bertaruh: siapa yang bisa membuat gajah menangis akan ditraktir makan siang.
Orang pertama mendekati gajah dan membisikkan sesuatu — gajah tetap diam.
Giliran orang kedua maju, membisikkan sesuatu ke telinga gajah yang besar itu, dan spontan gajah langsung menangis tersedu-sedu.
Orang pertama penasaran, “Kamu bilang apa sama gajah?”
Orang kedua menjawab pelan, “Saya cuma bilang, tahukah kamu nasib guru madrasah di Indonesia?”
Tentu ini hanya lelucon. Tapi tangisan gajah itu seakan mewakili duka para guru madrasah — para pejuang ikhlas yang terus mengabdi demi mencerdaskan generasi Islam, meski hidup dalam keterbatasan.
Guru madrasah adalah pahlawan sunyi yang membimbing anak-anak agar bisa membaca Al-Qur’an, memahami akhlak, dan mengenal Tuhannya.
Sayangnya, pengorbanan mereka belum sebanding dengan kesejahteraan yang diterima. Sebagian harus mencari pekerjaan tambahan demi bertahan hidup —karena gaji yang minim dan status kerja yang belum pasti.
Padahal, mereka mengajar bukan sekadar menggugurkan kewajiban, melainkan karena cinta pada ilmu dan agama.
Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Kedatangan para guru madrasah ke Istana Negara diharapkan membuka mata pemerintah — bahwa kesejahteraan guru madrasah bukan hanya soal upah, tetapi penghargaan atas peran mereka sebagai penjaga moral bangsa.
Mereka belum diangkat sebagai PPPK, tapi semangat mengajar dan keikhlasan mereka tak pernah surut. Karena mereka yakin, pahala dari Allah jauh lebih besar dari sekadar angka di slip gaji.
“...... Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang berbuat kebaikan.” (QS. At-Taubah: 120).
Editor : Syahrir Rasyid