TANGERANG RAYA, iNewsSerpong.id - Hampir setiap saat tersaji di media massa masyarakat korban kejahatan hipnotis. Dan, tak pernah terdengar pelaku kejahatan hipnotis terutama di jalanan atau ruang terbuka umum terungkap alias ditangkap pihak berwajib. Mengapa?
Seorang emak-emak tiba tiba menjerit sejadi-jadinya di rumah saat pulang dari pasar. "Duit dan perhiasan habis saya kena hipnotis," teriaknya. Dilain pihak, seorang kakek usai ambil uang pensiun di bank hanya membawa pulang dompet kosong. "Saya tidak sadar duit pensiun saya serahkan begitu saja, saya seperti dihipnotis," jelasnya.
Benarkah Korban Kejahata Hipnotis?
Sudah pasti keluarga atau siapa pun yang mendengar pengakuan emak-emak dan sang kakek itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain memberi semangat dan membesarkan hati korban bahwa itu musibah. Tetapi benarkah mereka adalah korban kejahatan hipnotis?
Simak PODCAST iNewsSerpong bersama praktisi hipnotis, klik link di halaman ini.
Sudah pasti para praktisi hipnotis serentak menjawab, "Itu belum pasti". Menurut Praktisi Hipnotis, Sirojudin Marvin, para korban kejahatan jalanan yang kehilangan uang atau perhiasan belum tentu korban kejahatan hipnotis. Dia menyebut lebih tepat sebagai korban penipuan. Meski pelaku bisa saja ada yang menggunakan unsur hipnotis.
Aksi hipnotis tidak bisa berlangsung begitu saja tanpa komunikasi kedua pihak. Sebab tidak semudah itu menerapkan hipnotis, misalnya hanya menepuk pundak seseorang kemudian terpengaruh. Pengalaman selama ini, ungkap Sirojudin yang lebih akrab Bang Aju, pasti ada komunikasi sebelumnya. "Tidak semudah itu menertapkan hipnotis lalu mengambil barang orang," tegasnya.
Biasanya, korban kejahatan tersebut, beber Bang Aju, cenderung menutupi kesalahannya karena sudah menanggung beban berat kehilangan harta. Lalu, cara paling singkat untuk berdalih adalah kena hipnotis. Padahal sebelumnya kedua belah pihak pasti sudah berkomunikasi lalu korban tertipu.
Ilmu Hipnotis
Dalam ilmu hipnotis, papar Bang Aju, dikenal pikiran sadar dan alam bawah sadar, di mana antara keduanya terdapat gerbang yang disebut area kritik. Kalau area kritik tidak aktif maka pesan bisa masuk ke dalam alam bawah sadar dan menjadi sugesti. "Area kritik harus selalu aktif,"
Bagaimana cara mengatifkan area kritik? Caranya, saran Bang Aju, seseorang harus selalu kritis. Biasakan atau latih diri untuk kritis terutama bertemu dengan orang yang baru dikenal, jangan terkecoh omongan dan penampilan."Kalau area kritik selalu aktif maka penipuan bisa diminimalisir," ujarnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait