JAKARTA, iNewsSerpong.id - Sindrom harapan palsu atau false hope syndrome tahun baru 2023 berpotensi sangat terjadi.
Banyak orang menetapkan resolusi tahun baru 2023 namun berptensi tidak pernah terealisasi sama sekali.
Nah sindrom harapan palsu ini diyakini merupakan penyebab utama mengapa banyak orang justru sama sekali tidak mampu mewujudkan resolusi-resolusi yang mereka tetapkan saat penggantian tahun baru.
Professor of Behavioural Addiction dari Nottingham Trent University, Mark Griffiths mengatakan, riset menunjukkan lebih dari setengah orang dewasa membuat resolusi tahun baru namun hanya 10 persen saja yang bisa mempertahankannya hingga beberapa bulan.
Sindrom harapan palsu membuat banyak orang menetapkan resolusi yang tidak realistis. Resolusi-resolusi tersebut sama sekali tidak disesuaikan dengan kemampuan orang tersebut dalam mewujudkan keinginan-keinginan mereka. Apalagi resolusi tahun baru yang mereka tetapkan terlalu banyak.
Padahal hal itu menurut Mark Griffiths merupakan ciri-ciri dari sindrom harapan palsu. Resolusi yang mereka buat sangat tidak realistis dengan konsekwensi yang harus dilakukan oleh pembuat resolusi.
"Bagi sebagian orang, dibutuhkan sesuatu yang radikal bagi mereka untuk mengubah gaya hidup mereka. Misalnya butuh diagnosis medis untuk membuat mereka berhenti minum alkohol dan kafein. Untuk mengubah perilaku Anda sehari-hari, Anda juga harus mengubah pemikiran Anda," terang Mark Griffiths.
Adanya sindrom harapan palsu bukan membuat orang tidak boleh memiliki resolusi. Hanya saja menurut Mark Griffiths yang paling penting adalah realistis. Resolusi yang dibuat harus realistis agar dapat dipertahankan dan dilakukan dengna praktis. "Salah satu cara termudah untuk menggagalkan resolusi adalah kebanyakan resolusi," jelasnya.
Dia juga menyarankan untuk melakukan perubahan tidak harus dilakukan saat penggantian tahun baru. Perubahan bisa dilakukan kapan saja.
"Hanya saja perlu diingat orang yang membuat resolusi di tahun baru sepuluh kali lebih berhasil mencapai harapan yang mereka buat ketimbang mereka yang tidak bikin resolusi," tegasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait