KISAH SUKSES : Apik Primadya, Eks Karyawan Indosat Sukses jadi Juragan Laundry

IDXChannel
Kisah Sukses Usaha Setelah Resign, Eks Karyawan Indosat Moncer Jadi Juragan Laundry. (Foto: YouTube/Pecah Telur)

IDXChannel, iNewsSerpong.id — Banyak kisah sukses usaha setelah resign bermunculan. Tak sedikit pelaku usaha mengawali bisnisnya setelah memutuskan untuk berhenti bekerja kantoran, dan memilih untuk menyambung hidupnya dengan bisnis. 

Alasan resign dari kalangan pengusaha ini bervariasi. Ada yang berhenti bekerja karena lelah dengan rutinitas, ada yang ingin mencari pemasukan tanpa jam kerja konvensional, ada pula yang bermula dari coba-coba. 

Apik Primadya adalah salah satu pengusaha yang mengawali bisnis dari mencoba peluang pekerjaan sampingan, namun pada akhirnya malah menuai sukses dan usahanya mampu bertahan hingga hari ini. 

Apik Primadya adalah pendiri Apique Laundry, usaha binatu yang menyasar konsumen-konsumen kelas menengah yang memerlukan layanan binatu dengan kebersihan dan ketepatan waktu yang terjamin. 

Apique Laundry tidak seperti laundry kiloan biasa yang mematok harga murah—hanya ribuan rupiah per kilogram—namun tidak mengutamakan kebersihan pakaian. Binatu milik Apik mematok harga belasan ribu rupiah per kilo, namun menawarkan hasil jadi yang lebih bersih. 

Sebelum melakoni bisnis binatu, Apik adalah lulusan STM Telkom yang bekerja di PT Indosat Tbk (ISAT) di bidang internet. Ia berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, dan merantau ke Jakarta sejak 2001 untuk mencari nafkaf. 

Setelah lama bekerja di Indosat, orang tua Apik menyarankannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, yang pada akhirnya ia sanggupi. Pada saat itulah ide bisnis binatu muncul. 

“Saya ikut kuliah malam, dengan kesibukan kantor dan kuliah itu nyuci pasti malas. Di Kebagusan (Jaksel) saat itu—tahun 2005—laundry belum banyak. Dari situ akhirnya terbersit ide, kenapa tidak buka laundry saja?” 

Apik sendiri tidak memiliki pengalaman sebagai pebisnis, kedua orang tuanya pun bekerja sebagai PNS. Namun Apik tetap menjajal peluang bisnis itu dengan perhitungan; jika ia menghabiskan Rp200.000/bulan untuk laundry, bagaimana lagi dengan keluarga yang menggunakan jasa cuci setrika? 

Kisah Sukses Usaha Setelah Resign, Dirikan Laundry di Era Blogspot 

Apique Laundry akhirnya dibuka pada 2008. Saat itu Apik menggelontorkan modal Rp15 juta dan kenekatan saja, pasalnya ia tidak tahu menahu bagaimana standar pencucian pakaian yang layak untuk jasa binatu. 

“Dulu enggak seperti sekarang, cara laundry sudah banyak di YouTube. Kalau dulu, harus beli franchise. Dana Rp15 juta itu saya gunakan untuk sewa tempat, beli mesin cuci, dan beli motor untuk kurir antar pakaian,” tuturnya di kanal YouTube Pecah Telur. 

Awal-awal beroperasi, tentu saja Apik tidak langsung menuai untung. Sebagai pebisnis pemula, ia sendiri masih meraba-raba bagaimana cara memasarkan jasa dan menyusun standar serta sistem manajemen yang baik. 

Saat itu ia mengaku kemahalan mematok harga, juga masih malu-malu memasarkan jasanya. Sehingga jasa Apique kurang laku. Pemasaran juga masih sebatas ke rekan kerja dan teman kosnya. 

Karena ia bekerja di bidang internet, Apik memutuskan untuk memasarkan jasanya menggunakan blog. Barulah Apique mulai menarik banyak pelanggan, sebab orang mencari jasa binatu di Google. Pada bulan kedua, Apique sudah mampu membeli mesin cuci kedua. 

Apik juga menemukan rumus ‘panen’ untuk jasa binatu, yakni ketika musim hujan dan lebaran. Pada dua musim itu, masyarakat umumnya tidak mencuci pakaian sendiri. Selain karena sibuk, cuaca tanpa matahari juga menyulitkan pengeringan pakaian. 

“Sekarang mulai banyak jasa laundry kiloan, dengan jalan ninja ‘yang penting murah’, tapi Apique marketnya beda. Sekarang 2023 Apique pasang Rp17.000/kg, memang ada konsumen yang tidak peduli harga, yang penting bersih,” katanya. 

Dulu juga Apique menawarkan jaminan tepat waktu, sebab saat itu banyak jasa laundry yang kurang tepat waktu. Ditambah lagi Apique memanfaatkan pemasaran lewat internet, sehingga pertumbuhannya lebih pesat. 

Menurut Apik, binatu miliknya menyasar konsumen tipe B, yakni konsumen dengan daya beli menengah yang membutuhkan jasa laundry yang bersih dan tidak masalah dengan harga yang sedikit lebih tinggi. 

Apique Laundry juga menggunakan sabun dan pengharum yang lebih berkualitas dibanding laundry-laundry kiloan. 

“Saya sebenarnya dari Indosat saja sudah cukup untuk hidup dengan nyaman. Saya cuma ngejar uang tambahan Rp500.000 saja cukup saat itu, saya tidak mematok omzet,” lanjutnya. 

Namun ketika karyawannya mengaku perekonomiannya sangat terbantu berkat bisnis laundry Apique, Apik akhirnya merasa terdorong untuk makin serius menggeluti usahanya. Karyawannya menjadi semangatnya untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Ia juga memutuskan untuk resign dari kantornya. 

Apique kini sudah membuka cabang di 300 titik, dengan mempekerjakan banyak orang. Ia berpindah-pindah tempat karena skala bisnis Apique yang juga makin besar. 

Tak hanya membuka cabang, Apik juga mendirikan asosiasi pengusaha laundry se-Indonesia. Ia juga menerima banyak penghargaan bergengsi berkat bisnis yang dirintisnya sendiri dari nol itu. 

Itulah kisah sukses usaha setelah resign tentang Apik Primadya, mantan karyawan Indosat  yang sukses mendirikan bisnis binatu ternama.

(*)

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network