Penulis :
Dr. Abidin, S.T., M.Si.
* Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina, Gading Serpong
PEKAN pertama bulan Sya’ban telah berlalu. Kini kita telah memulai pekan kedua di bulan Sya’ban. Bulan Sya’ban merupakan bulan yang ke delapan pada kalender Hijriyah, sekaligus bulan terakhir sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya di bulan Sya’ban ini dalam rangka menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan.
Baginda Rasulullah Muhammad SAW, menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan latihan secara fisik maupun psikis guna mempersiapkan diri menghadapi ibadah di bulan suci Ramadhan. Sebagai mana telah kita ketahui, bulan suci Ramadhan adalah bulan dimana seluruh umat Islam diwajibkan melaksanakan ibadah shaum (puasa) selama sebulan penuh.
Ibunda Siti Aisyah RA mengabarkan bahwa jika bulan Sya’ban datang, maka Baginda Rasulullah SAW memperbanyak shaum sunnah hampir sebulan penuh. Hal ini dapat kita lihat pada hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut:
مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ
Artinya: “Belum pernah Nabi SAW berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”
Kebiasaan Rasulullah SAW memperbanyak shaum sunnah di bulan Sya’ban dapat dimaknai sebagai “latihan” fisik maupun psikis menjelang pelaksanaan shaum wajib di bulan suci Ramadhan. Shaum wajib di siang hari yang dilakukan secara terus menerus selama sebulan penuh, tentu memerlukan persiapan yang baik agar fisik dan psikis kita siap untuk menjalankannya.
Namun, shaum sunnah di bulan Sya’ban ternyata tidak hanya memiliki keutamaan sebagai latihan menjelang datangnya bulan Ramadhan. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam bukunya yang berjudul Lathaif Al Ma’arif menjelaskan hikmah memperbanyak shaum di bulan Sya’ban sebagai berikut:
Bulan Sya’ban adalah bulan dimana banyak manusia yang lalai. Banyak manusia yang hanyut dengan keistimewaan bulan Rajab sebagai bulan haram (bulan yang diagungkan atau dimuliakan). Di sisi lain, manusia juga banyak yang larut dalam penantian datangnya bulan Ramadhan.
Tatkala banyak manusia yang lalai, maka disinilah letaknya keistimewaan bagi umat Islam yang mau melaksanakan shaum sunnah di bulan Sya’ban. Orang yang shaum sunnah di bulan Sya’ban laksana orang yang berdzikir di antara orang-orang yang lalai mengingat Allah.
Shaum di bulan Sya’ban adalah penyempurna shaum-shaum sunnah di bulan lain yang terkadang banyak dilewatkan. Baginda Rasulullah SAW terkadang menunda puasa sunnah di bulan lain, kemudian meng-qodho’-nya di bulan Sya’ban, sehingga shaum sunnah beliau sempurna di bulan Sya’ban sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Shaum sunnah di bulan Sya’ban adalah shaum yang berfungsi sebagai latihan atau warming up, sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dengan adanya latihan ini, maka diharapkan fisik dan psikis kita jauh lebih siap dalam menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Kondisi fisik dan psikis yang sudah terlatih dan tertata selama bulan Sya’ban, menyebabkan kita mampu beribadah dengan penuh semangat untuk mendapatkan keutamaan bulan Ramadhan.
Shaum sunnah di bulan Sya’ban dapat dilaksanakan kapan saja. Bagi yang sudah terbiasa shaum Senin dan Kamis, bisa ditambah dengan shaum ayyamul bidh (shaum pada tanggal 13, 14, 15 bulan-bulan kalender hijriyah). Bagi yang sudah biasa shaum sunnah Senin dan Kamis, serta ayyamul bidh, bisa ditambah dengan shaum sunnah Nabi Daud (sehari shaum, sehari tidak / selang-seling).
Alternatif terakhir, silahkan shaum sunnah kapan saja sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban, kecuali di satu atau dua hari terakhir bulan Sya’ban agar tidak mendahului shaum Ramadhan. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa (sunnah) sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang telah biasa berpuasa sunnah, maka silahkan ia berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA).
Selain mempersiapkan diri dengan memperbanyak shaum sunnah di bulan Sya’ban, persiapan atau latihan lain yang sebaiknya dilakukan adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an serta mengeluarkan zakat. Kedua amalan ini menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW selain shaum sunnah di bulan Sya’ban.
Sebagaimana sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali dari Anas bin Malik yang menceritakan bahwa: “Kaum muslim ketika telah memasuki bulan Sya’ban, mereka mengambil mushaf-mushafnya kemudian membacanya. Mereka juga mengeluarkan zakat hartanya agar dapat membantu menguatkan orang fakir dan miskin untuk turut serta menunaikan puasa di bulan Ramadhan.”
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kaum muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih. Untuk dapat melakukannya dengan ringan dan istiqamah, maka diperlukan latihan pada bulan-bulan sebelumnya. Oleh karena itu, datangnya bulan Sya’ban ini menjadi momentum yang sangat tepat bagi kaum muslim untuk melatih dan membiasakan kembali menunaikan amal-amal shalih tersebut.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Menurut Abu Bakar al-Balkhi bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman. Bagaimana kita akan memanen hasil tanaman berupa pahala yang berlimpah di bulan Ramadhan, jika kita tidak pernah menanam benih amal shalih di bulan Rajab dan tidak pernah menyiraminya di bulan Sya’ban?
Oleh karena itu, di bulan Sya’ban ini dimana banyak orang yang lalai di dalamnya, jangan sampai kita termasuk ke dalam orang yang lalai. Jadilah kita orang yang senantiasa melatih diri dan membiasakan melakukan amal shalih, agar kita memiliki kesempatan yang luas untuk mendulang pahala di bulan Ramadhan.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait