JAKARTA, iNewsSerpong.id – Target Eleven, perusahaan agensi olahraga asal Belgia, dikabarkan telah mengugat Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga Dunia (CAS) atas utang yang dimiliki oleh Federasi Sepakbola Indonesia tersebut.
Berdasarkan laporan dari media asal Belgia, RTBF, setidaknya PSSI memiliki utang sebesar USD 47 juta atau sekitar Rp 671 miliar yang harus dibayarkan.
Utang tersebut tiap waktu bertambah karena ada peningkatan bunga dari hari ke hari akibat tidak adanya penyelesaian. Utang tersebut semakin membengkak karena ternyata PSSI dan Target Eleven sudah saling bekerja sama sejak 2013 silam.
Manajer Umum Target Eleven, Partrick Mbaya, mengungkapkan pihak PSSI sudah menyalahi aturan dan tak membayar kesepakatan yang sudah kedua belah pihak sepakati di 2013 silam.
Kala itu, Target Eleven ditugaskan PSSI untuk membantu mengelola dua kasta liga sepakbola Indonesia dengan rencana 10 tahun.
Pada momen kerja di 2013 itu berlangsung, PSSI sedang dipimpin Djohar Arifin Husein. Awalnya sendiri PSSI dan Target Eleven sudah bekerja sama sejak 2011 dan memulai sepakat memiliki rencana panjang di 2013.
Kendati demikian, kekisruhan di internal PSSI membuat program dengan Target Eleven mandek. Bahkan ketika Ketua Umum Edy Rahmayadi terpilih, PSSI masih membiarkan Target Eleven.
Target Eleven sendiri mengaku terus melanjutkan proyek kerja sama itu sejak Juni 2013. Namun, PSSI pun tidak membayarkan kinerja mereka tersebut.
Alhasil, pada 9 Juni 2021 yang lalu Target Eleven menggugat PSSI ke CAS di Lausanne. PSSI pun menjawab dengan positif dan karena itu Target Eleven menunda gugatan.
Kendati demikian, Target Eleven melihat tidak ada itikad PSSI untuk menyelesaikan masalah, malahan mengulur waktu. Karena itulah gugatan pun dilayangkan kembali ke CAS.
Jumlah (uang) yang harus dibayar sangat signifikan dan itu mewakili pekerjaan yang dilakukan selama beberapa tahun. Begitu juga kompensasi atas hilangnya pendapatan berdasarkan kontrak utama yang seharusnya kita tandatangani untuk liga, seperti hak siar televisi sebesar USD 1,5 miliar dolar, atau USD 150 juta setahun.
"Itu jelas sangat berarti bagi bisnis kami,” kata Mbaya, dikutip dari RTBF, Kamis (17/3/2022).
Awalnya PSSI memberikan mandat pada Juni 2013 untuk mengatur kembali dua liga sepakbola profesional, dan mengelolanya selama sepuluh tahun.
Atas permintaan itu, saya melakukan beberapa kali perjalanan ke Jakarta bersama Sir David Richards dan Phil Gartside (mantan Ketua Bolton Wanderers, anggota komite eksekutif Liga Premier),” tutupnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait