Dewi Agustiningsih, Lulusan Tercepat dan Termuda S3 di Universitas Gajah Mada

Donald Karouw
Dewi Agustiningsih, Lulusan Tercepat dan Termuda S3 di Universitas Gajah Mada Dewi Agustiningsih mahasiswa S3 Program Studi Kimia, FMIPA UGM dinobatkan sebagai lulusan tercepat dan termuda doktor pada usia 26 tahun 6 bulan. (Foto: UGM)

JAKARTA, iNewsSerpong.id -- Dewi Agustiningsih adalah lulusan tercepat dan termuda doktor (S3) pada usia 26 tahun 6 bulan, jauh di bawah rata-rata usia lulusan Program Doktor yang mencapai 42 tahun 6 bulan 16 hari.

Sebelumnya, Dewi Agustiningsih tercatat sebagai mahasiswa S3 Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dewi Agustiningsih merupakan salah satu dari 1.455 mahasiswa pascasarjana yang diwisuda pada Rabu (23/4/2025). Dari ribuan wisudawan, terdapat 1.263 mendapatkan gelar magister, 83 spesialis, 17 subspesialis, dan 92 doktor.

Prestasi yang Menginspirasi

Selain menjadi lulusan doktor tercepat, Dewi Agustiningsih juga menyandang predikat sebagai wisudawan doktor termuda karena menyelesaikan studinya di usia tersebut.

Prestasi yang diraihnya sangat menginspirasi, mengingat ia telah bekerja sebagai dosen Program Studi Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dewi adalah alumnus prodi Kimia UGM pada jenjang sarjana yang lulus pada tahun 2020 dan melanjutkan studi magister serta doktoral di kampus yang sama pada tahun 2022 dan 2025.

Dewi mengaku bersyukur dapat menyelesaikan studi doktoralnya meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Ia memulai kuliah pada tahun 2016 dengan bantuan beasiswa Bidikmisi.

Setelah lulus sarjana, Dewi kembali menerima beasiswa Program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), yang memberikan kesempatan percepatan bagi sarjana unggulan untuk menempuh S2 dan S3 sekaligus.

Mengatasi Tantangan Ekonomi

“Awalnya, saya tidak menyangka bisa sampai di jenjang doktoral. Namun, setelah menyelesaikan S1, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi program PMDSU dan bersyukur diterima,” ujar Dewi dalam wawancara yang dikutip dari laman UGM, Senin (28/4/2025).

Tantangan terbesarnya selama menjalani pendidikan adalah masalah keterbatasan ekonomi. Saat berkuliah S1, ia hanya menerima uang saku Rp600.000 per bulan, yang harus diatur agar cukup untuk kos, makan, dan kebutuhan perkuliahan.

Namun, Dewi tidak menyerah dan dari pengalaman tersebut, ia belajar tentang kemandirian hingga mampu mencapai jenjang S3. “Motivasi saya sederhana, saya ingin membuktikan bahwa latar belakang ekonomi tidak membatasi impian seseorang,” tambahnya.

Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update