Pada tahun 1984, mereka sepakat untuk membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation. Djajadi (dan rekan-rekannya) mendapat 57,5% dan Salim 42,5%.
Kemudian saham Djajadi (dan rekan-rekannya) di PT Indofood Interna seluruhnya menjadi kekuasaan Salim. Setelahnya Djajadi lebih memilih untuk melanjutkan bisnis pabrik mie instan baru yang sudah dirintisnya sejak Mei 1993 yaitu PT Jakarana Tama sampai sekarang.
Pabrik tersebut memproduksi mie dengan merek Gaga. PT. Jakarana Tama didirikan pada tanggal 20 Juni 1980 dengan lini bisnis utama perusahaan adalah memproduksi produk mie instan, makanan kalengan, sosis siap makan dan bumbu penyedap.
Menyadari pentingnya diversifikasi bisnis dan produk, perusahaan telah menginvestasikan merek “GaGa” dalam portofolionya.
Perusahaan juga memiliki beberapa merek lain, seperti, “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, Sosis Loncat. Merek-merek ini melayani beberapa segmen pasar dan konsumen yang berbeda. Sejalan dengan semakin banyaknya variasi produk, perusahaan telah memperluas distribusinya yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia.
Dalam perjalanan karirnya, Djajadi pernah menjabat sebagai Direktur PT. Sanmaru Food Manufacturing pada tahun 1971 sampai 1978. Menjabat sebagai Direktur Utama PT. Djangkar Djati pada tahun 1978 hingga 1984.
Kemudian menjabat sebagai Komisaris PT. Slat Indah Mekar pada tahun 1981 sampai 1991, Komisaris PT. Cometstar Elektrindo pada tahun 1984 sampai 1991 dan sejak 1991 menjadi Presiden Komisaris Perusahaan, dan juga menjadi Presiden Komisaris PT. Jakarana Tama pada tahun 1991 sampai 2006.
Sejak 2006, Ia menjadi Komisaris PT. Jakarana Tama. Serta sejak 1991 menjadi Presiden Komisaris Perusahaan.
5. Husain Djojonegoro
Husain memiliki kekayaan USD1,25 miliar atau setara dengan Rp18,57 triliun. Ia merupakan orang terkaya di Indonesia pada posisi ke-34 pada tahun 2021 versi Forbes.
Editor : Syahrir Rasyid