get app
inews
Aa Text
Read Next : Malam Pergantian Tahun, Prabowo Temui Warga di Bundaran HI

Doa Hari Arafah Dan Artinya

Sabtu, 09 Juli 2022 | 10:48 WIB
header img
Doa hari Arafah yang mustajab dan istimewa. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Hari Arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah merupakan waktu istimewa dan mustajab untuk memanjatkan doa. Lantas, bagaimana bacaan doa Hari Arafah

Sebagaimana diketahui, terjadi perbedaan waktu penetapan awal Bulan Dzulhijjah antara Indonesia dengan Arab Saudi. Pemerintah melalui Kementerian Agama dalam sidang isbat telah memutuskan Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 10 Juli 2022. Sedangkan Hari Arafah jatuh tanggal 9 Dzulhijjah bertepatan tanggal 9 Juli. 

Sementara Arab Saudi menetapkan Idul Adha jatuh hari Sabtu, 9 Juli 2022. Artinya, hari Arafah jatuh pada Jumat, 8 Juli. Di hari Arafah itu, semua jemaah berkumpul di satu titik bernama Padang Arafah untuk berdiam diri atau wukuf sambil berdzikir dan berdoa.

Doa Hari Arafah

Wukuf Arafah merupakan puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Bahkan, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa al hajju 'arafah. "Haji adalah Wukuf di Arafah".

Bagi Muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji juga dianjurkan untuk banyak berdzikir dan berdoa. Sebab, doa hari Arafah sangat istimewa seperti disebutkan dalam hadits.

Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خَيْرُ الدُّعاءِ دُعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَناَ وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: “Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah Laa ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.” [HR. at-Tirmidzi no. 3585].

Berkaitan dengan doa hari Arafah, dalam Al Quran disebutkan agar setelah bertolak ke Arafah diperintahkan untuk memohon ampun kepada Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya:

{ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ) }

Kemudian bertolaklah kalian dari tempat berlolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah: 199).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Ibnu Abbas ibnu Mirdas As-Sulami tentang pemohonan ampunan Nabi SAW buat umatnya pada sore hari Arafah. 

Berikut bacaan doa hari Arafah:

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.

Artinya: Tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu.

Doa Hari Arafah lainnya yakni:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتِنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلِيَّ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Allahumma Anta Rabbii Laa Ilaaha Illa anta, kholaqtanii wanaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wawa'dika mastatho'tu, a'uudzubika min syarri maa shona'tu, abu ulaka bini'matika 'alayya wabuu bidzanbii faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta".

Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menciptakan diriku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada di bawah perintah-Mu dan janji-Mu menurut kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahalan apa yang telah kuperbuat, aku kembali kepada-Mu dengan semua nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku, dan aku kembali kepada-Mu dengan semua dosaku. Maka ampunilah daku, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Engkau." 

Doa Hari Arafah lain yang bisa dipanjatkan yakni:

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ"

Allahumma innii dholamtu nafsii dhulman katsiiron walaa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, fagjfirlii maghfirotan min 'indika warhamnii, innaka aantal ghofuurur rakhiim.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan perbuatan aniaya yang banyak sekali, sedangkan tiada seorang pun yang dapat memberikan ampunan kecuali Engkau; maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan belas kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

Lantas bagaimana dengan beda penanggalan Hari Arafah antara Indonesia dengan Arab Saudi, apakah tetap boleh berdoa pada tanggal 9 Dzulhijjah? 

Para ulama menyatakan sesuai dengan rukyah di negaranya meskipun jamaah haji telah melakukan wukuf di Arafah.

Dikutip dari laman mui.or.id, perbedaan Hari Raya Idul Adha yang akan terjadi tahun ini adalah sesuatu yang biasa terjadi pada beberapa tahun sebelumnya. Hal itu karena perbedaan metode dalam menetapkan 1 Dzulhijah yakni Rukyah dan Hisab. 

Selain perbedaan metode tersebut, perbedaan kerap terjadi antara satu negara dan negara lain terutama jika standar 9 Zulhijah adalah terjadinya hari wukuf di Padang Arafah.

Sebaiknya bangsa Indonesia mengikuti pemerintah karena keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan pendapat. Hal tersebut diakui oleh seluruh fuqaha dari empat mazhab.

Adanya perbedaan Makkah dan Indonesia sangat riskan (besar risikonya) karena wukuf di Mekah hari Jumat sedangkan Idul Adha Sabtu. Di Indonesia puasa Arafah hari Sabtu, 9 Juli 2022 dan Lebaran hari Ahad, 10 Juli 2022. 

Mengenai pendapat ulama tentang perbedaan terbitnya bulan harus ikut ke mana umat ini terutama yang berjauhan negeri. Jumhur ulama Malikiyah, Hanafiah dan Hanabilah berpendapat cukup satu tempat melihat bulan, di negara lain ikut lebaran walaupun tempatnya jauh.

Berbeda dengan pendapat Syafi’iyah setiap tempat yang lebih 24 farsakh atau sekitar 57 kilometer sudah tidak wajib ikut ketentuan penentuan di tempat itu atau harus ikut ketentuan pemerintah di mana dia bermukim.

Pendapat Syafi’iyah inilah yang dianut saat ini di Indonesia karena ketentuan lebaran di Mekah tidak diikuti sebab berbeda tempat terbitnya bulan. Demikian pembahasan mengenai Puasa Arafah 2022. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut