5 Makanan Khas saat Momen 17-an, yang Mana Favoritmu?
JAKARTA, iNewsSerpong.id - Kemeriahan perayaan hari kemerdekaan Indonesia biasanya juga diisi dengan jamuan hidangan khas 17-an.
Makanan yang disajikan di tiap-tiap daerah bisa berbeda, bergantung pada tradisi dan makanan khas di tempat tersebut. Berikut ini beberapa makanan khas untuk merayakan 17-an.
1. Nasi Tumpeng Merah Putih

Untuk memeriahkan sekaligus ucapan syukur terhadap kemerdekaan Indonesial, dibuatlah nasi tumpeng merah putih. Agar lebih spesial biasanya nasi tumpeng disajikan dengan berbagai macam lauk pendamping, di antaranya ada ayam goreng, tempe, perkedel, telur dadar, mi goreng, dan sayur mayur.
2. Telok Abang

Foto: Instagram@niniswiworo
Di Palembang, Telok Abang hanya muncul menjelang hari kemerdekaan RI. Ini adalah telur rebus yang dimasak dan diberi pewarna merah. Awalnya, tradisi ini muncul untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina II, sebelum kemerdekaan RI. Tapi sekarang, Telok Abang disajikan dalam wadah berbentuk miniatur kapal.
3. Bubur Merah Putih

Foto: Sherliana Juliani/Shutterstock
Sama halnya dengan nasi tumpeng, bubur merah putih juga dijadikan makanan untuk merayakan sesuatu sebagai ucapan rasa syukur. Konon diyakini warna merah dan putih melambangkan keberanian dan kesucian, sama seperti makna dari warna bendera Indonesia. Bubur ini terbuat dari campuran beras putih dan beras ketan putih dengan gula merah, lalu disirami kuah santan.
4. Klepon Merah Putih
Makanan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah ini biasanya kita temui dengan warna hijau. Tapi khusus untuk memperingati kemerdekaan RI, klepon dibuat dengan warna merah. Klepon terbuat dari tepung beras ketan yang di tengahnya diisi gula merah, dan disajikan dengan parutan kelapa. Menurut sejarawan Fadly Rahman, klepon adalah bentuk keharmonisan masyarakat Jawa kuno pada masa lalu.
5. Nasi Tiwul
Nasi tiwul adalah makanan yang terbuat dari singkong yang dikeringkan. Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, Nasi tiwul sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada era penjajahan Jepang tahun 1960-an, nasi tiwul dijadikan pengganti nasi ketika harga beras tidak bisa dibeli oleh masyarakat Indonesia. (*)
Editor : Syahrir Rasyid