TANGERANG RAYA,iNewsSerpong.id — Kiprah Universitas Pamulang mencetak sumber daya manusia siap pakai di dunia kerja patut diapresiasi keberadaanya.
Berbicara mengenai Universitas Pamulang kurang afdhol jika kita tidak berkenalan langsung dengan founding father atau pendiri universitas tersebut.
Kisah pendiri Universitas Pamulang, Drs. H. Darsono, menarik untuk diulas. Keinginannya untuk menyediakan perguruan tinggi dengan biaya murah agar dapat diakses banyak mahasiswa, rupanya membantu banyak anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
Keberhasilan Darsono tak lepas dari perjuangannya di masa lalu dengan kemiskinan, ia sendiri pernah merasakan hampir tidak bersekolah karena perekonomian keluarga. Namun ia rela bekerja keras demi mengumpulkan uang untuk sekolah.
Kini, Universitas Pamulang adalah salah satu perguruan tinggi di Banten yang memiliki banyak mahasiswa. Berkat biaya pendidikan yang tergolong murah, dilansir dari pmb.umpam.ac.id (22/10), biaya masuk kuliah mahasiswa baru (S1) untuk regular A dan B adalah Rp600.000, dan reguler C Rp700.000 per orang.
Sedangkan biaya kuliah per semester regula A dan B dipatok Rp1,2 juta, sedangkan regular C dipatok Rp1,8 juta. Biaya ini dapat diangsur Rp200.000/bulan untuk regular A dan B, dan Rp300.000/bulan untuk regular C.
Darsono lahir di Bantul, Yogyakarta. Dilansir dari Sindonews (22/10), Darsono pernah harus menjadi pembuat bata merah, buruh, office boy, berdagang barang elektronik demi mencari uang.
Usai lulus sekolah, Darsono merantau ke Jakarta dan menjadi PNS. Namun mengundurkan diri karena ia merasa menjadi PNS tidak akan merubah hidupnya. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta ini malah ingin mendirikan universitas.
Kisah Pendiri Universitas Pamulang: Mendirikan Kampus Murah
Bersama rekannya, Dr. H. Dayat Hidayat M.M., ia mendirikan Universitas Pamulang pada 2020. Awal mula operasional universitas itu pun tidak selalu mudah. Bahkan hingga tahun keempat berjalan, Unpam hanya menaungi 120 mahasiswa.
Mulanya Unpam berada dalam pengelolaan Yayasan Primajaya, semua aset dipinjami oleh Yayasan Sasmita Jaya yang dipimpin oleh Darsono sendiri. Saat itu, Darsono tengah mengembangkan SMEA Sasmita Jaya.
Darsono kemudian mengambil alih Unpam dan bersama rekannya, Dayat, memulai penerapan uang kuliah murah. Saat itu Unpam hanya mematok Rp100.000 per bulan, tanpa beban biaya gedung ataupun uang pangkal.
Unpam menyediakan pendidikan diploma, sarjana, magister, dan doktor. Dengan program studi yang cukup lengkap, seperti fakultas ekonomi, hukum, sastra, dan ilmu-ilmu ekstakta.
Tak mudah untuk meyakinkan masyarakat untuk mau menyekolahkan anaknya di situ. Darsono bahkan sampai berkeliling untuk menemui elemen masyarakat untuk meyakinkan mereka.
Selain itu, birokrasi yang mesti dijalani para penyedia pendidikan pun dinilai berbelit-belit. Tidak mempermudah pihak yang hendak menyediakan pendidikan murah bagi masyarakat.
Dua puluh tahun setelah pendiriannya, Unpam mulai berkembang. Jumlah mahasiswa bertambah. Kampus itu menjadi pilihan bagi mahasiswa dari kalangan menengah bawah. Banyak mahasiswa Unpam adalah pekerja dengan gaji kecil seperti office boy, cleaning service, bahkan hingga pemulung.
Darsono mengakali biaya kuliah murah itu dengan menggunakan uang yang dibayarkan mahasiswa untuk pemanfaatan yang nyata, alih-alih mempercantik kampus dengan fasilitas fisik yang tak banyak memberi manfaat.
Itulah kisah pendiri Universitas Pamulang, yang kini terkenal sebagai kampus dengan biaya termurah, dan menerima mahasiswa dari berbagai kalangan.(*)
Editor : A.R Bacho