Merujuk kepada hadits di atas, maka dari keseluruhan ruang perjuangan yang ada di dalam Islam, minimal harus memenuhi tiga syarat agar layak disebut pahlawan.
Syarat yang pertama adalah niat. Niat merupakan komitmen kita dalam menyucikan segala bentuk aktivitas hanya untuk Allah SWT. Setiap panggilan iman yang diimplementasikan melalui amal shalih, maka niatnya harus lurus semata-mata hanya untuk Allah SWT, bukan untuk yang lainnya, atau Allah SWT dan yang lainnya.
Kedudukan niat sangatlah penting sebelum suatu amal (perjuangan) dikerjakan. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah niat, maka syarat yang kedua adalah tujuan dari melaksanakan amal (perjuangan) itu. Tujuannya bukan untuk mencari popularitas atau kepentingan duniawi lainnya. Tujuan dari setiap perjuangan adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi kalimat Allah.
Tujuan seperti di atas adalah pembuktian cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan cinta atau mahabbah itulah setiap perjuangan akan dilakukan dengan sebaik-baiknya dan memberikan manfaat kepada umat manusia.
Syarat yang ketiga adalah memiliki visi bahwa perjuangan yang dilakukannya adalah dalam rangka meraih dan membela kemuliaan diri dan agama Allah. Seorang pejuang sejati tidak akan mengharapkan imbalan dari setiap perjuangan yang dilakukannya. Pahlawan sejati rela berjuang dan berkorban hanya untuk Allah SWT.
Allah SWT berfirman: Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al-An’am [6]: 162).
Selanjutnya, mari kita renungkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya (mengakuinya).
Allah bertanya kepadanya: “Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab: “Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.”
Allah berkata: “Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).” Kemudian diperintahkan (Malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.”
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid