JAKARTA, iNewsSerpong.id - Hotel Yamato menjadi saksi kisah herok pemuda Surabaya. Peristiwa pengibaran bendera merah putih melawan penjajah Belanda dan tentara sekutu selalu dikenang dalam peristiwa 10 November 1945.
Ketika itu Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin WV Ch Ploegmann tiba di Surabaya. Mereka tiba berbarengan dengan tentara Sekutu dan Palang Merah Internasional dengan tujuan membantu rehabilitasi para tawanan serta korban perang, terutama dari pihak Jepang, yang baru saja kalah dalam perang Asia Timur Raya.
Namun, timbul insiden ketika Ploegmann memerintahkan mengibarkan bendera Belanda, merah-putih-biru di tiang Hotel Yamato. Tindakan provokatif itu membuat murka para pemuda dan masyarakat Surabaya.
Kemudian Residen Surabaya Soedirman yang juga diplomat muda, menemui Ploegmann meminta untuk menurunkan bendera Belanda.
Residen Soedirman dikawal dua pemuda Sidik Moeljadi dan Hariyono menemui Ploegman di lobi hotel. Setelah negosiasi buntu, Ploegman menodong Residen Soedirman dengan pistol.
Sontak, Sidik yang merupakan mantan anggota Jibakutai (pasukan berani mati didikan Jepang) menyerang Ploegmann. Pemuda Sidik bergulat melawan Ploegmann dan berhasil menyingkirkan pistol yang dipegangnya.
Kemudian Sidik mencekik leher Ploegmann hingga tewas. Bahkan dia berhasil membunuh dua tentara Belanda pengawal Ploegmann. Sidik yang hanya menggunakan sepeda sebagai senjata untuk menghadapi pengawal Ploegmann, akhirnya roboh setelah kena sabetan kelewang salah satu anak buah Ploegmann.
Pemuda bernyali macan yang disapa Cak Sidik ini merupakan korban pertama dari pihak republik dalam Perang Kemerdekaan (1945-1949). Sedangkan Hariyono mengungsikan Residen Soedirman ke luar hotel.
Hariyono langsung memanjat tembok hotel hingga ke atas menara. Hampir bersamaan, pemuda Koesno Wibowo juga mendaki tangga ke tempat yang sama.
Keduanya pun berbarengan sampai di puncak menara tempat tiang bendera Belanda dikibarkan. Koesno mengambilalih upaya perobekan bendera, warna biru di bendera itu dibuangnya, kemudian mengibarkan bendera merah dan putih.
Saat hendak turun, kepala Hariyono keserempet peluru, tapi tetap selamat. Sedangkan Koesno turun dari menara setelah situasi reda
Insiden ini membuat Belanda berang karena merasa kehormatannya disobek-sobek Indonesia. Akhirnya, kejadian ini mengelorakan semangat rakyat dan pemuda menghadapi tentara sekutu yang membawa serta tentara Belanda pada peristiwa 10 November 1945. Pertempuran hebat ini kenang sebagai Hari Pahlawan. Cerita ini diolah dari berbagai sumber.
(*)Editor : Syahrir Rasyid