get app
inews
Aa Text
Read Next : Jadi Imam Masjidil Haram Luar Biasa, 3 Ulama Indonesia Terpilih

5 Ulama Ternama Indonesia Ternyata Keturunan Nabi Muhammad SAW

Selasa, 15 November 2022 | 07:07 WIB
header img
Ulama keturunan Nabi. Dari kiri ke kanan: M. Quraish Shihab, Habib Ali Kwitang, dan Habib Lutfi bin Yahya. Foto/Ilustrasi: Ist/mhy

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Ulama Indonesia keturunan Nabi Muhammad SAW lumayan banyak. Sebut saja salah satunya Prof M Quraish Shihab , lalu Habib Ali Kwitang pemimpin Majelis Tak'lim Kwitang. Tokoh Nahdlatul Ulama, Habib Luthfi bin Yahya juga keturunan Nabi. Begitu juga Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan .pengasuh Ponpes Al-Fachriyah Tangerang; Habib Novel bin Muhammad Alaydrus , pimpinan majelis ilmu dan dzikir Ar-Raudhoh, Surakarta.

Sekadar mengingatkan sebutan antropologis untuk orang-orang Hadramaut yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Husein bin Ali dipanggil habib.

Hanya saja, tak semua keturunan Nabi mau dipanggil habib. Quraish Shihab contohnya. Cendekiawan muslim ini memiliki jalur keturunan Nabi Muhammad, namun dirinya enggan dipanggil dengan sapaan habib. Alasannya, ia merasa belum memiliki teladan akhlak yang diajarkan oleh Baginda Nabi sehingga belum pantas untuk dipanggil habib.

Ia mengingatkan memiliki jalur nasab mulia ke Nabi Muhammad seharusnya menjadi cermin bagi diri agar berperilaku sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi. “Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” katanya.

Alasan lain Quraish enggan dipanggil ‘habib’ karena merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya. Sementara dalam pandangannya, seorang yang layak dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.

Quraish berpendapat bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang akan memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi. Demikian juga bagi seorang habib. Karena telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.

"Kalau kewajiban itu tidak terpenuhi, maka garis keturunan yang dimilikinya tidak akan ada artinya," tegasnya.

Habib Ali Kwitang
Habib Ali Alhabsyi (1870-1968) juga merupakan ulama keturunan Nabi Muhammad. Beliau adalah salah satu ulama yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Betawi di Kwitang.

Selain itu Habib Ali juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Beliau juga sempat menulis beberapa kitab, di antaranya Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah.

Nama lengkapnya adalah Ali bin Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein Alhabsyi. Beliau lahir pada 20 April 1869 M di Kampung Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Habib Ali lahir dari pasangan Habib Abdurrahman dan Nyai Salmah, seorang putri kelahiran Meester Cornelis atau kawasan Jatinegara.

Selama hidupnya, Habib Ali kerap berdakwah di tengah ribuan orang yang haus akan spiritual. Beliau adalah pendiri dan pimpinan pertama Majelis Taklim Habib Ali Alhabsyi.

Dalam buku "Sumur yang tak Pernah Kering" dijelaskan, sang alim telah banyak memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan umat, bangsa, dan negara. Dia tampil sebagai cendekiawan yang tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

Habib Luthfi bin Yahya
Ulama keturunan Nabi selanjutnya adalah Habib Luthfi bin Yahya. Beliau lahir di Pekalongan, 10 November 1947 bertepatan dengan 27 Rajab tahun 1367 H.

Selain menjadi pendakwah, Habib Luthfi juga menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah. Ia juga menjadi pejabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia sejak 13 Desember 2019.

Ibunya adalah seorang Sayidah al Karimah as Syarifah Nur binti Sayid Muhsin Maula Khilah, dan ayahnya adalah al-Habib al-Hafizh ‘Ali al-Ghalib.

Dari kedua orang tuanya, Habib Luthfi bin Yahya mendapatkan jalur nasab sampai Nabi Muhammad.

 

Habib Jindan bin Novel
Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan lahir pada 21 Desember 1977 atau bertepatan dengan 10 Muharram 1398 Hijriah. Beliau adalah pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten. Dia adalah cucu dari Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, seorang pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk "Singa Podium".

Nasab lengkapnya adalah Jindan bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Husain bin Soleh bin Abdullah bin Jindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syeikhon bin Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Asy-Syaikh Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Ad-Dawilah bin Ali Maul Ad-Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin Al Ustadz Al A’dzom Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad Maula Showmah bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali Al ‘Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW.

Habib Novel Alaydrus
Habib Novel bin Muhammad Alaydrus lebih dikenal dengan Habib Novel Alaydrus atau Habib Novel lahir pada 24 Juli 1975. Ia adalah pimpinan majelis ilmu dan dzikir Ar-Raudhoh, Surakarta, Jawa Tengah.

Habib Novel merupakan putra pertama dari pasangan Muhammad Alaydrus dengan Luluk Al-Habsyi.

Nasab lengkapnya adalah Naufal bin Muhammad bin Ahmad bin Abdurrahman bin Husein bin Abu Bakar bin Abdurrahman bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Hasan Shohib Arridhoh bin Alwi Shohib Tsibbi bin Abdullah Maula Thooqqoh bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawileh bin Ali bin Alwi Alghuyyur bin Muhammad Alfaqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Ar Rumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Aluraidhi bin Jakfar Ash Shodiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein Putra Ali dan Fatimah Az Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW.

Sangat Banyak
Sejatinya, keturunan Nabi Muhammad di Indonesia sangatlah banyak. Kehadiran mereka berawal dari mirgasi keturunan cucu Husein dari Hadramaut di Yaman, bernama Alawi. Berikutnya, keturunan Nabi jalur Alawi di Indonesia dijuluki dengan Alawiyin.

Keturunan Nabi dari Hadramaut yang di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Alawiyin dan non-Alawiyin. Keturunan Alawiyin kemudian membentuk sebuah organisasi yang bertugas, salah satunya, melakukan pencatatan silsilah keturunan Nabi. Organisasi ini bernama Rabithah Alawiyah yang berdiri sejak 1928.

Pada 2014, Rabithah Alawiyah mencatat keturunan Alawiyin se-jabodetabek mencapai 14.500 jiwa. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut