BEIJING, iNewsSerpong.id - China dilanda demonstrasi langka di tengah pengetatan kembali kebijakan zero-Covid-19. Massa di berbagai kota yang menerapkan lockdown turun ke jalan sepanjang akhir pekan kemarin dan berlanjut hari ini, Senin (28/11/2022).
Bahkan massa berani meneriakkan yel serta membentangkan spanduk yang mendesak Presiden Xi Jinping untuk mundur. Ini merupakan demonstrasi terbesar yang menentang kebijakan pemerintah, termasuk mendesak Xi untuk mundur, sejak dia menjabat 10 tahun silam.
Demonstrasi tersebut merupakan akumulasi dari kemarahan warga yang kembali menjadi obyek pembatasan penularan virus corona.
Lebih dari 400 juta warga China yang tinggal di sekitar 40 kota dan wilayah terdampak penerapan lockdown terbaru. China mengalami lonjakan kasus infeksi Covid-19 harian bahkan telah menembus 40.000 dalam sehari.
Pada Minggu kemarin, polisi Shanghai terlibat bentrok dengan demonstran serta menghentikan bus penuh pengunjuk rasa. Kota pusat perdagangan tersebut termasuk yang terparah menerapkan lockdown.
BBC melaporkan seorang jurnalis yang meliput demonstrasi di Shanghai juga ditangkap, namun dibebaskan beberapa jam kemudian.
Demonstrasi dan bentrokan di Shanghai terjadi setelah beberapa penduduk menggelar aksi keprihatinan atas kebakaran apartemen di Urumqi pekan lalu yang menewaskan 10 orang. Kebakaran itu diduga kuat masih terkait dengan penerapan lockdown karena warga kota tersebut dilarang beraktivitas di luar ruangan kecuali untuk urusan penting. Otoritas setempat membantah lockdown sebagai pemicunya.
Aksi keprihatinan tersebut mendapat simpati luas hingga warga lainnya bergabung dan berubah menjadi demonstrasi menentang pembatasan Covid-19.
"Jatuhkan Partai Komunis China, jatuhkan Xi Jinping," demikian teriakan sekelompok massa, sebagaimana disampaikan para saksi serta video yang beredar di media sosial, seperti dilaporkan kembali Reuters, Senin (28/11/2022).
Unjuk rasa juga pecah di Wuhan, kota tempat dilaporkannya kasus virus corona pertama kali, serta Lanzhou. Massa di kedua kota tersebut menentang seruan pemerintah setempat untuk menjalani tes Covid-19.
Selain itu mahasiswa di berbagai kota berkumpul di kampus masing-masing juga untuk menyampaikan keprihatinan atas tragedi Urumqi.
Massa di Urumqi juga turun ke jalan pada Jumat malam sambil menerikkan 'Akhiri lockdown.'
Penduduk Ibu Kota Beijing tak mau kalah dengan menggelar demonstrasi damai pada Minggu malam. Mereka berkumpul di salah satu jalan utama.
Kemudian pada Senin dini hari, sekelompok massa di Beijing menerikakkan 'Kami tak mau tes Covid-19, Kami ingin kebebasan'. Aksi massa bubar setelah kepala kepolisian Beijing datang dan menenui beberapa demonstran.
"Anak muda, kalian harus pulang sekarang. Kalian mengganggu arus lalu lintas dengan berdiri di sini," ujarnya.
(*)Editor : Syahrir Rasyid