JAKARTA, iNewsSerpong.id – January Effect tren musiman yang dicermati investor diawal tahun 2022. Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo menyebut bahwa investor antusias menyambut "January Effect".
January effect merupakan tren musiman harga pasar saham di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan cenderung naik. Hal ini terjadi karena keyakinan positif atas melimpahnya profit di bursa yang membuat investor membeli saham di harga rendah sebelum Januari, lalu menjualnya setelah harganya naik.
Lucky menuturkan, tren January Effect akan bergantung terhadap sentimen penangangan varian Omicron di Indonesia. "Persiapan untuk January Effect ini lebih menarik karena sentimen penanganan varian Omicron dapat memberi dampak kualitas di pasar menjadi lebih tinggi pada 2022," ujar Lucky kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (1/1/2022).
Data IHSG di bulan Januari dalam 10 tahun terakhir cenderung positif, dimulai dari 2012 (3,14 persen), 2013 (3,17 persen), 2014 (3,39 persen), 2015 (1,19 persen), 2016 (15,33 persen), 2017 (-0,06 persen), 2018 (3,93 persen), 2019 (5,47 persen), 2020 (-5,71 persen). Kendati pada Januari 2021, IHSG terdepresiasi -1,95 persen, Lucky meyakini pasar dapat merespons positif menyusul pemulihan ekonomi nasional.
Menurut data terakhir bulan Desember 2021, performa IHSG telah menguat 0,73 persen.
"Saya kira pasar sudah dapat beradaptasi dengan apa yang dialami sejak tahun 2020 di mana seluruh rutinitas usaha berubah ke arah yang lebih baik. Tentu perubahan ini akan kembali terjadi menyambut Januari Effect 2021," ucap Lucky.
Lucky mencermati ada sejumlah sektor yang bakal melanjutkan tren positif pada awal 2022, seperti pertambangan-energi, keuangan, dan telekomunikasi-infrastruktur. Menurutnya, ketiga sektor tersebut dapat menjadi pilihan saham bagi investtor.
Sektor pertama yang dijagokan Lucky adalah pertambangan-energi. Menurutnya, kenaikan harga komoditas memberi dampak yang cukup signifikan bagi emiten-emiten tambang.
Lucky memilih dua perusahaan utama yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Selanjutnya, sektor perbankan yang menurut Lucky masih terus menjadi kebutuhan masyarakat. Dia memilih emiten bank bigcaps seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Kemudian sektor yang berkaitan dengan komoditas crude palm oil (CPO). Lucky merekomendasikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP). Terakhir, sektor alternatif dari telekomunikasi, Lucky menjagokan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).(*)
Editor : Syahrir Rasyid