Kereta Keramat Peninggalan Kesultanan Cirebon, Begini Kisah Singa Barong
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/07/18/9bb61_kereta-singa-barong.jpeg)
Dengan kata lain, kereta yang ditarik oleh empat kerbau putih atau kebo bule ini menggambarkan adanya tiga budaya dari tiga agama dan bangsa yang berbeda.
Konon, lambang negara Indonesia berupa Garuda Pancasila, salah satunya mengambil nilai kearifan lokal dari gambaran Singa Barong tersebut.
”Secara khusus, ini menggambarkan bagaimana bentuk masyarakat Cirebon yang berasal dari beragam bangsa dan agama. Macam-macam budaya itu muncul sebagai efek dari perdagangan luar negeri yang pernah berlangsung di Cirebon dulu,” jelasnya.
Kereta Singa Barong memiliki trisula di belalai yang menjadi lambang ketajaman cipta, rasa, dan karsa manusia. Ukiran pada Kereta Singa Barong cukup indah.
Di belakang Kereta Singa Barong, menempel pada dinding, adalah tombak berbendera kuning yang disebut Blandrang, yang dibawa prajurit Panyutran sebagai barisan kehormatan.
Ukiran pada bagian belakang Kereta Singa Barong berbentuk menyerupai gumpalan-gumpalan awan hijau dengan ornamen keemasan di dalamnya.
Dikutip dari disbudparporakabcirebon.blogspot.co.id, Kereta Singa Barong telah mengenal suspensi dengan menyusun per (pegas) lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada empat rodanya.
Dengan teknologi suspensi ini, selain terasa empuk, badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan. Bergoyangnya tubuh kereta ini bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak dan nampak seperti terbang.
Kereta Singa Barong biasanya dikeluarkan pada saat kirab 1 Muharam dan Pelantikan Sultan. Sejak tahun 1945, Kereta Singa Barong yang asli tidak dikeluarkan lagi pada saat kirab, setelah dibuat replikanya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid