get app
inews
Aa Read Next : Tidak Pernah Pinjam Uang ke Bank, Petani di Bekasi Kaget Tiba-tiba Ditagih Utang Rp4 Miliar 

Hindari Utang, ini Trik Mengatur Gaji Buat First Jobber

Kamis, 24 Agustus 2023 | 17:01 WIB
header img
Ilustrasu paylater. (Foto: dok iNews)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per bulan Desember 2022 lalu sebesar 62 persen rekening fintech atau pinjaman online (pinjol) dimiliki oleh nasabah dengan rentang usia 19-32 tahun, termasuk Generasi Z di usia 19-25 tahun.

Founder dan Perencana Keuangan Oneshildt sekaligus CEO PT Cerdas Keuangan Indonesia, M Andoko, mengatakan kemudahan pembiayaan melalui paylater (bayar nanti) yang ditawarkan platform e-commerce dan dompet digital menjadi salah satu penyebab maraknya Gen Z terjerat utang online.

"Paylater kan diberikan beberapa platform e-commerce dan dompet digital, dengan kemudahan dan kerap ada promosi. Buat Gen Z karena dia dekat dengan teknologi, maunya yang mudah juga akhirnya mencoba (paylater)," ujar Andoko saat dihubungi MNC Portal, Rabu (23/8/2023).

Lebih lanjut Andoko menjelaskan utang tersebut sebetul bukan tanpa kosekuensi. Sebab ketika Gen Z itu berhutang lewat platform online, maka praktis ada data yang ditarik oleh penyedia jasa tersebut. 

Ketika seseorang gagal untuk melunasi utangnya, maka praktis orang tersebut akan sulit untuk mengajukan utang ke lembaga keuangan formal karena sudah terdeteksi oleh BI Checking.

"Ini bahaya, karena ketika suatu hari mereka maried kemudian mereka mau punya rumah dan ajukan KPR, ada yang nyangkut, mereka tidak bisa ajukan pinjaman KPR," kata Andoko.

Oleh sebab itu menurutnya sangat penting untuk mempelajari teknik-teknik mengelola keuangan terutama bagi para Gen Z yang masih punya perjalanan hidup cukup panjang.

Andoko mengatakan tidak sulit untuk belajar soal pengelolaan keuangan. Saat ini bahkan sudah cukup banyak konten kreator di media sosial yang memberikan banyak pengetahuan soal pengelolaan keuangan yang baik.

Sebab kadar cukup atau kurang dalam konteks uang bukan diukur dari seberapa besar pendapatan yang diterima oleh seseorang. Tapi bagaimana mengatur cashflow atau uang keluar dan masuk ke kantong.

"Jadi bukan seberapa banyak gaji yang kita peroleh, tapi bagaimana kita mengelola uang tersebut, karena ada orang yang gajinya Rp20 juta Rp25 juta tapi kekurangan, jadi bukan masalah gaji, tapi bagaimana mereka mengelola keuangan tadi," kata Andoko.

Pada kesempatannya, Andoko juga memberikan sedikit rumus-rumus yang dapat diterapkan oleh para first jober yang baru punya penghasilan. Agar uang yang masuk dan keluar bisa lebih terkontrol.

Andoko menganalogikan, apabila first jobber punya pendapatan katakanlah Rp5 juta perbulan. Maka 10% dari jumlah tersebut sudah harus otomatis terpotong dan diamankan terlebih dahulu diawal.

Artinya ada sekitar Rp500.000 yang harus terlebih dahulu disimpan, fungsinya untuk tabungan dan 10 persen pertama ini sifatnya dibekukan atau tidak dapat diambil kapanpun. Bagus untuk tabungan jangka panjang.

Kemudian 10 persen selanjutnya disisihkan untuk belajar alias pengembangan diri. Dana tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan kursus, agar kompetensi dan skill selama bekerja juga bisa ditingkatkan.

Selanjutnya 10 persen lagi bisa digunakan untuk keluarga, maupun pasangan. Sehingga orang tua atau pasangan juga bisa merasakan hasil kerja anaknya.

Selain itu 10 persen lagi digunakan untuk berbagi maupun memberikan sedekah kepada yang lebih membutuhkan. Kemudian 10 persen lagi digunakan untuk asuransi, apabila tidak ter proteksi dari kantor, dan 10 persen terakhir bisa digunakan untuk berlibur.

"Sisanya konsumsi, silahkan. Ujungnya kan tetap masih besar dikonsumsi," tutur Andoko.

(*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Berita iNews Serpong di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut