get app
inews
Aa Read Next : Harga Bitcoin Naik 150 Persen di Platform TRIV Jelang Bitcoin ETF 

Pasar Kripto Global Merugi 1 Triliun Dolar AS, Bitcoin Ikut Jatuh  

Senin, 24 Januari 2022 | 06:49 WIB
header img
Bitcoin jatuh, pasar kripto global merugi 1 triliun dolar AS. (Foto : Istimewa)

NEW YORK, iNewsSerpong.id - Bitcoin dan mata uang kripto lainnya jatuh ke level terendah pada Sabtu (22/1/2022). Kejatuhan uang digital yang terus berlanjut menghapus lebih dari 1 triliun dolar AS dari nilai pasar kripto global. 

Bitcoin berada di harga 35.000 dolar AS per koin dan aset digital terbesar berdasarkan nilai pasarnya ini telah kehilangan lebih dari 40 persen sejak mencapai rekor pada November 2021. Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa sekitar 69.000 per dolar AS pada November tahun lalu. 

Mengutip Business Standard, kripto jatuh ketika Federal reserves atau the Fed menyatakan akan menaikkan suku bunga setelah Maret dan menarik stimulus dari pasar.   Mata uang digital lainnya, ethereum, finance coin, dan cardano juga mengalami kejatuhan serupa.

Solana, dogecoin, dan shiba inu juga mengalami penurunan besar-besaran. Penurunan bitcoin sejak November itu telah menghapus lebih dari 600 miliar dolar AS nilai pasarnya. Aset kripto seperti bitcoin telah matang dari kelas aset yang tidak jelas dengan sedikit pengguna menjadi bagian integral dari revolusi aset digital, meningkatkan masalah stabilitas keuangan.

Mengingat volatilitas dan valuasinya yang relatif tinggi, peningkatan gerakan bersama mata uang kripto dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan terutama di negara-negara dengan adopsi kripto yang meluas. Itu berdasarkan penelitian IMF.

Oleh karena itu, inilah saatnya untuk mengadopsi kerangka kerja regulasi global yang komprehensif dan terkoordinasi untuk memandu regulasi dan pengawasan nasional serta mengurangi risiko stabilitas keuangan yang berasal dari ekosistem kripto.

Nilai pasar dari aset-aset digital itu naik menjadi hampir 3 triliun dolar AS pada November dari 620 miliar dolar AS di 2017. Itu karena popularitas yang melonjak di kalangan investor ritel dan institusi, meskipun volatilitasnya tinggi. (*)


 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut