Pada tahun 2002, ia menjadi kepala Brigade Qassam – cabang militer Hamas – setelah Israel membunuh mantan pemimpinnya.
Sikap Deif yang rendah hati adalah alasan keberhasilannya, menurut mantan pemimpin senior Hamas yang berbicara kepada Washington Post pada tahun 2014.
6. Memiliki Identitas yang Berbeda dan Hidup Berpindah-pindah
Hampir tidak ada foto Deif di domain publik, yang merupakan bukti sifatnya yang penuh rahasia.
“Dia tidak menonjolkan diri dan hidup tersembunyi di antara masyarakat. Dia pindah dengan paspor berbeda dan identitas berbeda,” kata Imad Falouji, salah satu pendiri Brigade Al Qassam, dilansir Sky News.
“Dia sukses sampai sekarang karena lingkaran di sekelilingnya sangat kecil. Itu sebabnya dia masih hidup.”
7. Memiliki Sikap yang Keras terhadap Israel
Falouji mengatakan kepada surat kabar Deif dianggap oleh orang-orang Palestina sebagai orang yang rendah hati dan sikap garis kerasnya terhadap Israel dipandang sebagai cerminan akurat dari kepentingan orang-orang Palestina.
8. Pernah Lumpuh dan Menggunakan Kursi Roda
Deif telah menjadi orang paling dicari Israel sejak tahun 1995 dan telah selamat dari berbagai upaya pembunuhan.
Namun dia tidak lolos tanpa cedera. Dia lumpuh sebagian dan dilaporkan menggunakan kursi roda.
Dia juga dilaporkan kehilangan mata dan lengannya dalam salah satu serangan tersebut.
Serangan udara Israel yang menargetkan Deif pada tahun 2014 menyebabkan istri dan dua anaknya tewas.
Menurut laporan media Israel, militer terus mengupayakan pembunuhan Deif.
Deif terdaftar sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus (SDGT) oleh Departemen Luar Negeri AS.
Ia dilahirkan sebagai Mohammed Diab Ibrahim al Masri di kamp pengungsi Khan Younis pada tahun 1960an. Sedikit yang diketahui tentang asuhannya.
9. Pandai Bemain Propaganda karena Pernah Belajar Teater
Dia melanjutkan studi sains di Universitas Islam Gaza, di mana dia menjadi bagian dari kelompok teater bernama The Returnees.
"Deif terus bergerak setelah bergabung dengan Hamas, terkadang berperan dalam video propaganda," kata Avi Melamed, pakar Timur Tengah di Eisenhower Institute, kepada Washington Post.
10. Sering Menghilang seperti Ditelan Zaman
Terakhir kali suaranya terdengar adalah pada tahun 2021, ketika ia memperingatkan Israel akan membayar “harga yang mahal” jika tidak memenuhi tuntutan Hamas atas Yerusalem.
Dalam 11 hari konflik berikutnya, setidaknya 250 orang tewas di Gaza, dan 13 orang di Israel.
Sebelumnya, kabarnya sudah tujuh tahun tidak terdengar.
(*)