get app
inews
Aa Read Next : Protes Proyek Triliunan Rupiah untuk Israel, Google Pecat 28 Karyawan

Amerika Dilanda Penyakit Kelamin, Berikut Fakta-fakta Sifilis

Jum'at, 02 Februari 2024 | 18:34 WIB
header img
Penampakan ruam di tangan pasien dengan sifilis (ilustrasi). (Foto: Istimewa)

WASHINGTON DC, iNewsSerpong.id - Beberapa literatur menunjukkan sifilis sejatinya sudah hampir diberantas di dunia. Namun faktanya, kasus penyakit kelamin itu kini tengah melonjak di Amerika Serikat (AS) dan jumlahnya mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 70 tahun. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan, ada lebih dari 200.000 kasus sifilis di negara itu tercatat pada 2022. Angka itu naik 17 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika tidak diobati, penyakit yang juga disebut raja singa ini dapat menyebabkan kebutaan bahkan kematian. 

Berikut semua yang perlu kita ketahui tentang penyakit sifilis, gejalanya, cara mendiagnosisnya, serta cara pengobatannya. 

Fakta-fakta penyakit sifilis

Apa itu sifilis?

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. 

Bagaimana sifilis menyebar?

Menurut CDC, infeksi menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis, yang dikenal sebagai chancre, yang biasanya terjadi di sekitar organ seksual, anus, bibir atau mulut. Penyakit ini juga dapat ditularkan dari perempuan hamil ke bayinya yang belum lahir, yang dikenal sebagai sifilis kongenital. 

Gejala sifilis

Salah satu masalah penyakit sipilis adalah penyakit ini terlihat seperti penyakit kulit lainnya sehingga sulit untuk didiagnosis. Namun, sifilis memiliki empat tahap yang berbeda dan semakin dini didiagnosis, semakin baik. 

Empat tahap penyakit sifilis

Menurut CDC, pada tahap primer, ada luka di titik masuk ke dalam tubuh, yang biasanya berbentuk bulat dan tidak menimbulkan rasa sakit serta terjadi rata-rata 21 hari setelah infeksi terjadi. Luka tersebut kemungkinan besar akan hilang. Akan tetapi, jika tanpa pengobatan, penyakit ini akan berkembang ke tahap sekunder. 

Tahap kedua biasanya berupa ruam tidak gatal di tangan dan kaki, yang mungkin disertai gejala seperti demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, penurunan berat badan, dan kelelahan. Dan lagi-lagi, tanpa pengobatan, penyakit ini dapat berkembang ke tahap ketiga–atau disebut tahap laten. Pada tahap lanjutan ini, infeksi tidak terdeteksi di dalam tubuh selama bertahun-tahun. 

Adapun tahap empat, yang juga dikenal sebagai tahap tersier, dapat terjadi hingga 30 tahun setelah seseorang terinfeksi. Meskipun jarang, penyakit ini dapat menyerang jantung, otak, dan sistem saraf, menyebabkan kebutaan atau bahkan kematian. 

Cara diagnosis sifilis

Cara paling umum untuk menguji sifilis adalah melalui tes darah sederhana. Namun, ada juga beberapa penyedia layanan kesehatan yang mungkin juga mengambil cairan dari luka sifilis. 

Cara mengobati sifilis

Pasien yang mengidap penyakit ini harus diobati dengan antibiotik. Obat tersebut dapat diberikan dalam bentuk suntikan ataupun tablet. Meski antibiotik dapat mengobati infeksi, obat itu tidak dapat memperbaiki kerusakan apa pun yang disebabkan oleh penyakit tersebut pada tubuh. 

Lalu, apa yang terjadi jika seorang perempuan hamil menderita sifilis? Sifilis pada kehamilan bisa sangat berbahaya bagi janin karena penyakit ini dapat menular ke janin dan bayi dengan dampak yang mematikan. Menurut data CDC, pada 2022, sifilis kongenital menyebabkan 231 bayi lahir mati dan 51 kematian bayi di AS. 

Pertanyaan berikutnya, mengapa kasus sifilis melonjak belakangan ini? Angka sifilis telah meningkat selama bertahun-tahun di tengah pemotongan dana untuk lembaga kesehatan masyarakat setempat dan peningkatan penularan yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan narkoba dan hubungan seks di luar nikah dan tanpa pengaman. Peningkatan ini diperburuk oleh kekurangan penisilin. 

Satu-satunya cara yang sangat mudah adalah dengan tidak melakukan hubungan seks dengan orang terinfeksi atau tertular sifilis. Kondom bisa menjadi penghalang yang efektif terhadap infeksi, sepanjang alat itu mencegah pasangan seksual melakukan kontak dengan luka. 

(*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Berita iNews Serpong di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut