JAKARTA, iNewsSerpong.id - Pernah mendengar orang yang mati suri? Seseorang yang mengalami mati suri dipercaya sempat meninggal, lalu hidup lagi dalam kurun waktu tertentu.
Menjadi pertanyaan sekarang, apakah Islam mengenai istilah mati suri ini? Atau mati suru hanya sebuah fenomena di masyarakat?
Menjawab soalan ini, KH Gilang Henris Pratama menerangkan kalau Islam sejatinya mengenal yang namanya mati suri. Tapi, mati suri ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
"Di dalam Alquran Surat Az-Zumar ayat 42 dijelaskan, mati dibagi menjadi dua, yaitu mati besar dan mati kecil. Nah, mati suri masuk ke dalam mati kecil yang sama juga dengan tidur," kata KH Gilang dalam tayangan Cahaya Hati Indonesia di iNews TV, Minggu (18/8/2024).
Berikut Surat Az-Zumar ayat 42, yang artinya:
"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan."
Nah, bicara soal mati besar dan mati kecil, mati besar itu kematian yang biasa kita lihat. Sedangkan mati kecil itu termasuk tidur. Itu kenapa, kata KH Gilang, tidur bagian dari mati suri menurut ilmu tafsir tidur.
KH Gilang Henris Pratama di Cahaya Hati Indonesia iNews TV
"Itu kenapa juga kita sebelum tidur berdoa dulu, 'Bismika Allohumma ahya wa bismika amuut' yang artinya dengan nama-Mu Ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati," ungkapnya.
Ada alasan juga kenapa tidur dikatakan sebagai bagian dari mati suri. Hal itu karena di dalam tidur seseorang kerap kali bermimpi.
Nah, mimpinya ada yang hanya bunga tidur, ada juga yang malah menjadi kenyataan. Dari sana juga kepercayaan bahwa tidur merupakan mati suri.
"Mati suri adalah fenomena yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya sebagaimana kita tertidur dan bermimpi," ungkap KH Gilang.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid