JAKARTA, iNewsSerpong.id -- Pengenaan tarif impor sebesar 45% untuk mobil listrik (EV) yang diimpor dari China mulai diberlakukan oleh Uni Eropa. Keputusan disetujui melalui pemungutan suara, pada Jumat, (4/10/2024).
Sebanyak sepuluh negara, termasuk Prancis dan Italia, mendukung penerapan tarif tersebut. Sementara itu, lima negara, termasuk Jerman, menolak usulan ini, dan sebanyak 12 negara memilih untuk abstain.
Para analis menilai bahwa hasil pemungutan suara ini menegaskan kebijakan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengusulkan pengurangan ketergantungan Uni Eropa pada China.
Lindungi Industri Lokal
“Uni Eropa kini dapat mulai mengambil tindakan nyata terhadap permasalahan yang muncul dari perdagangan dengan China,” kata Jacob Gunter, analis ekonomi utama di Mercator Institute for China Studies di Jerman, seperti dilansir VoA Indonesia, Sabtu (5/10/2024).
Beberapa politisi Eropa menyatakan bahwa keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif terhadap kendaraan listrik asal China merupakan langkah penting dalam usaha melindungi industri lokal.
“Kita harus memastikan bahwa persaingan tidak sehat dari China tidak merusak industri kita. Ketika China membanjiri pasar kita dengan panel surya bersubsidi, kita terlambat bereaksi, dan kini industri kita lenyap,” ungkap Engin Eroglu, ketua Delegasi China di Parlemen Eropa.
Pemerintah China mengungkapkan penentangannya terhadap tarif yang disetujui oleh Uni Eropa, tetapi menegaskan perlunya “itikad politik” untuk menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi.
“China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan China,” tegas juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Meskipun tarif ini dijadwalkan mulai berlaku pada 31 Oktober, Uni Eropa berencana untuk melanjutkan negosiasi dengan China. Pertemuan mendatang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang menyelesaikan konflik perdagangan yang sudah berlangsung lama.
Selama beberapa bulan terakhir, China telah meluncurkan berbagai upaya untuk menekan negara-negara anggota Uni Eropa agar menolak usulan tarif tersebut terhadap kendaraan listrik dari China.
Beijing juga memulai penyelidikan pembalasan terhadap sejumlah komoditas asal Eropa, seperti produk susu dan minuman beralkohol dari Prancis, serta menawarkan potensi kesepakatan investasi kepada masing-masing negara anggota Uni Eropa.
Selain itu, Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, telah bertemu dengan para pemimpin perdagangan dan industri di Eropa, termasuk di Jerman dan Italia.
Menanggapi ini, Spanyol dan Jerman kemudian menjadi pengkritik paling vokal terhadap pencanangan tarif tersebut.(*)
Editor : Syahrir Rasyid