Logo Network
Network

Agar Tidak Disusupi Ideologi Radikal, Kenali Penceramah Moderat

Chamad Hojin
.
Minggu, 06 Maret 2022 | 18:00 WIB
Agar Tidak Disusupi Ideologi Radikal, Kenali Penceramah Moderat
Sekretaris BPET MUI M Najih Arromadloni mendukung instruksi Presiden Jokowi agar TNI-Polri dan keluarganya tidak sembarangan mengundang penceramah. (Foto : Ist)

JAKARTA,iNewsSerpong.id - TNI dan Polri beserta keluarga harus menjaga kedisiplinan nasional. Jangan Atas nama demokrasi lalu sembarangan mengundang penceramah. Hal itu diingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri 2022, Selasa (1/3/2022).

Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) M Najih Arromadloni mendukung pernyataan Presiden Jokowi tersebut. Menurutnya, infiltrasi kelompok radikal memang telah sampai pada lini strategis pemerintahan sehingga perlu untuk diwaspadai.

"Lembaga negara itu memang menjadi salah satu sasaran utama infiltrasi menggunakan pola pergerakan yang dikenal dengan istilah Tholabun-Nusroh," kata M Najih Arromadloni di Jakarta seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (6/3/2022).

Istilah Tholabun-Nusroh kerap digunakan oleh kelompok Hizbut Tahrir dengan cara mengelabui pihak-pihak yang dianggap memiliki kekuatan dan dapat memberikan perlindungan. Oleh karena itu, institusi TNI-Polri ini dijadikan sasaran oleh kalompok tersebut dalam melanggengkan visinya untuk menyebarkan paham radikal.

"Kelompok mereka ini berusaha mengelabui tentara, polisi, anggota intelijen dan lini lini strategis pemerintahan yang lain. Nah ini tentu saja yang harus diwasapadai karena ke depannya dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa," tutur Sekjen Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia ini.

Menurut Gus Najih, kondisi ini juga dipengaruhi oleh semangat beragama dari masyarakat Indonesia yang kian hari semakin tinggi. Terbukti dengan banyaknya majelis dan pengajian mulai dari rumah hingga ke lingkungan instansi dan perkantoran.

Semangat beragama yang tinggi ini tentunya harus diimbangi dengan ilmu yang mumpuni juga sebagaimana dalam Hadits Nabi mengatakan bahwasannya Allah SWT membenci terhadap kebodohan.

"Artinya apa, orang yang semangat beragama juga harus semangat menambah ilmu, memperdalam ilmu agar supaya dia beragama yang benar," kata pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation ini.

Hal tersebut, menurut Gus Najih, perlu mendapat perhatian. Terkait fakta oknum penceramah radikal sudah mulai masuk dan menginfiltrasi aparat dan instansi negara melalui majelis dan pengajian, maka pihak terkait harus melakukan evaluasi.

"Kita mendapati fakta, di TNI yang nasionalismenya dianggap sudah paripurna itu, ada 4% yang terpapar, sehingga bagaimana caranya harus dicegah dan dievaluasi," katanya.

Gus Najih juga mengatakan, ada banyak faktor yang membuat instansi negara kerap 'kecolongan' yang telah menjadikan oknum penceramah dengan visi menyebarkan paham radikal sebagai narasumber dalam majelis.

"Salah satunya adalah faktor ketidaktahuan. Mungkin hanya berdasarkan bahwa si penceramah itu populer atau mudah diundang. Kedua, bisa jadi karena memang sudah terpapar," kata pria yang juga praktisi Pesantren ini.

Follow Berita iNews Serpong di Google News

Halaman : 1 2
Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.