Simak Pandangan Ulama Seputar Hukum Bermain Game Free Fire dalam Islam

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Pertanyaan mengenai hukum bermain game Free Fire dalam Islam sering menjadi perdebatan di kalangan umat Muslim. Banyak yang berpendapat bahwa bermain game, terutama game online seperti Free Fire, lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaatnya.
Hal ini terutama berlaku jika permainan tersebut melanggar norma dan nilai-nilai agama serta hukum negara.
Free Fire adalah salah satu game online yang sangat populer di kalangan anak muda, dengan genre battle royale di mana pemain harus bertarung untuk menjadi yang terakhir selamat.
Berbagai lembaga dan ulama memberikan pandangan yang berbeda mengenai hukum bermain game ini.
Berikut adalah penjelasan mengenai hukum bermain game Free Fire dalam Islam berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
MUI telah merencanakan untuk mengeluarkan fatwa mengenai hukum bermain game Free Fire. Namun, hingga saat ini, belum ada penelitian yang memastikan status hukumnya secara resmi. Beberapa alasan yang mendasari perdebatan ini antara lain:
MPU Aceh secara resmi mengeluarkan fatwa bahwa bermain game Free Fire adalah haram. Keputusan ini berlaku di wilayah Aceh sejak Juni 2019. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ini adalah viralnya video seorang anak yang melakukan shalat dengan gerakan push-up ala gaya Free Fire.
Beberapa ulama berpendapat bahwa bermain game diperbolehkan selama tidak mengganggu kewajiban agama, seperti menunaikan shalat dan berbakti kepada orang tua. Namun, penting untuk diingat bahwa perilaku saat bermain harus tetap mengikuti norma-norma agama dan etika.
Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan hukum bermain game Free Fire dalam Islam:
Untuk menjaga agar permainan tetap positif, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:
Secara keseluruhan, hukum bermain game Free Fire dalam Islam masih menjadi perdebatan. Bagi sebagian orang, permainan ini dianggap haram, terutama di wilayah tertentu seperti Aceh. Namun, setiap individu perlu mempertimbangkan pandangan ulama dan memastikan perilaku mereka tetap sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianut. Semoga kita semua terhindar dari kelalaian terhadap hal-hal duniawi yang tidak bermanfaat.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid