get app
inews
Aa Text
Read Next : Maroef Sjamsoeddin Jabat Direktur Utama MIND ID, Gantikan Hendi Prio Santoso

Pertanda Apa Ini? Semakin Banyak Politisi Muslim Menang Pilkada Amerika Serikat

Minggu, 16 November 2025 | 07:51 WIB
header img
Gelombang kemenangan politisi Muslim dalam pilkada AS, termasuk Zohran Mamdani, menjadi fenomena politik yang menarik perhatian (Foto: AP)

WASHINGTON, iNewsSerpong.id – Fenomena politik telah mencuri perhatian warga Amerika Serikat (AS). Gelombang kemenangan politisi Muslim dalam pemilihan kepala daerah di AS tahun ini makin meningkat.

Setelah Zohran Mamdani mencatat sejarah sebagai wali kota Muslim pertama di New York, lima politisi Muslim lainnya juga berhasil meraih posisi strategis di berbagai kota, bahkan hingga tingkat wakil gubernur negara bagian.

Menurut Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), total enam politisi Muslim telah dan akan memimpin jabatan eksekutif daerah, ditambah lebih dari 30 kandidat Muslim lainnya yang menang di tingkat lokal dan legislatif.

Lanskap Sosial dan Politik AS

Fenomena ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga menandai perubahan besar dalam lanskap sosial dan politik AS.

Apa makna di balik meningkatnya kemenangan politisi Muslim di negeri yang pernah dilanda gelombang Islamofobia pasca-11 September?

1. Muslim Kian Diterima di Ranah Politik AS

Kemenangan para tokoh Muslim seperti Zohran Mamdani (New York), Abdullah Hammoud (Dearborn), Mo Baydoun (Dearborn Heights), Faizul Kabir (College Park), Ted Green (East Orange), hingga Ghazala Hashmi (Wakil Gubernur Virginia), menggambarkan era baru keterbukaan politik Amerika.

Dulu, identitas Muslim sering menjadi hambatan elektoral. Kini justru menjadi bagian dari keragaman yang dirayakan.

CAIR menyebut, “Muslim Amerika kini tak lagi hanya jadi penonton politik, tapi menjadi pembuat keputusan.”

2. Dampak Perubahan Demografi

Komunitas Muslim tumbuh pesat dalam dua dekade terakhir, terutama di Michigan, New Jersey, dan Virginia. Generasi muda yang terdidik, aktif, dan vokal membuat suara Muslim semakin diperhitungkan.

Koalisi progresif multirasial menjadi pendorong kemenangan figur seperti Mamdani dan Hammoud, yang dinilai membawa nilai keadilan sosial dan inklusivitas.

3. Politik Identitas yang Berbalik Arah

Jika dulu identitas agama acap digunakan untuk memojokkan kandidat Muslim, kini justru menjadi simbol kebangkitan minoritas.

Pemilih muda—Demokrat maupun independen—lebih menilai kapasitas dan visi ketimbang latar belakang agama.

Seorang pengamat Brookings Institution menyebut fenomena ini sebagai “kemenangan Amerika yang lebih inklusif”.

4. Reaksi terhadap Islamofobia

Era Donald Trump ditandai retorika anti-Muslim dan kebijakan imigrasi ketat.

Hal ini memicu komunitas Muslim untuk lebih aktif terlibat dalam politik.

Keterlibatan politik menjadi bentuk perlawanan damai—melawan stigma dengan prestasi, representasi, dan kepemimpinan nyata.

5. Babak Baru Demokrasi Amerika

Dari 76 kandidat Muslim yang dipantau CAIR, sebanyak 38 menang—angka tertinggi dalam sejarah AS.

Ini menunjukkan demokrasi Amerika masih menyediakan ruang luas bagi keberagaman keyakinan dan etnis.

Identitas minoritas kini tidak lagi menjadi beban politik, melainkan kekuatan sosial yang menggerakkan perubahan.

6. Simbol Amerika yang Lebih Inklusif 

Dari New York hingga Virginia, dari wali kota hingga wakil gubernur, wajah perpolitikan Amerika semakin mencerminkan realitas masyarakatnya yang beragam.

CAIR menegaskan, “Muslim Amerika hadir, bersuara, dan turut membentuk masa depan demokrasi kita.”

Fenomena ini menunjukkan bahwa perjuangan representasi bukan hanya soal agama, tetapi tentang hak setiap warga untuk dilihat, diakui, dan didengar dalam demokrasi. (*)

 

 

 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut