Presiden Jokowi mengumumkan larangan ekspor minyak sawit dan minyak goreng pada 22 April, hingga pemberitahuan lebih lanjut. Kebijakan itu merupakan upaya untuk mengatasi kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri.
"Tapi ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan: minyak kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan; minyak lobak karena tanaman kanola di Kanada; dan minyak bunga matahari karena perang Rusia-Ukraina," kata Fry.
Harga minyak nabati telah meningkat lebih dari 50% dalam enam bulan terakhir karena faktor dari kekurangan tenaga kerja di Malaysia hingga kekeringan di Argentina dan Kanada - masing-masing pengekspor minyak kedelai dan minyak canola terbesar - membatasi pasokan.
Pembeli sempat berharap pada panen bunga matahari dari eksportir utama dunia, Ukraina, akan mengurangi keketatan. Akan tetapi, pasokan dari Kiev berhenti karena operasi militer khusus Rusia di negara itu.
"Hal ini telah mendorong importir untuk mengandalkan minyak sawit untuk dapat menutup kesenjangan pasokan, sampai larangan mengejutkan Indonesia memberikan kejutan ganda kepada pembeli," kata Presiden badan perdagangan Solvent Extractors Association of India (SEA) Atul Chaturvedi.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Senin, 25 April 2022 - 12:58 WIB oleh Mohammad Faizal dengan judul "Kebijakan Jokowi Bikin Pasar Minyak Nabati Dunia Kalang Kabut". (*)
Editor : Syahrir Rasyid