get app
inews
Aa Read Next : Selain Ikuti Sunnah Rasulullah, Ini Keutamaan Menikah di Bulan Syawal

Sejarah Anjuran Menikah di Bulan Syawal, Diawali Rasulullah dan Aisyah

Minggu, 08 Mei 2022 | 19:06 WIB
header img
Ilustrasi Rasulullah menikahi Aisyah pada bulan Syawal. (Foto: Shutterstock)

JAKARTA, iNewsSerpong.id -  Inilah sejarah anjuran menikah di bulan Syawal. Bermula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang menikahi Aisyah Radhiyallahu anha. Simak kisah lengkapnya berikut ini.

Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anha merupakan salah satu perempuan paling beruntung yang dinikahi oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, yakni setelah pernikahannya dengan Saudah binti Zam’ah bin Qois Radhiyallahu anha.

Dikutip dari Kalam Sindonews, kala itu pernikahan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dengan Aisyah Radhiyallahu anha terjadi pada bulan Syawal tahun 11 setelah kenabian atau tepatnya dua tahun lima bulan setelah peristiwa hijrah.

Aisyah Radhiyallahu anha dinikahi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ketika masih berusia 6 tahun. Seperti dalam salah satu riwayat hadis dari Aisyah, Rasulullah bersabda:

تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ ، وبنى بي وأنا بنت تسع سنين

Artinya: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku ketika aku berusia 6 tahun. Dan beliau kumpul bersamaku ketika aku berusia 9 tahun." (HR Bukhari dan Muslim)

Sementara menurut Abbas Mahmud Aqqad dalam "As-Siddiqah binti As-Siddīq", saat itu umur Aisyah Radhiyallahu anha ketika berbulan madu dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam tidak kurang dari 12 tahun dan tak lebih dari 15 tahun.

Hal tersebut diperkuat dengan riwayat Ibnu Sa’ad yang menerangkan bahwa Aisyah Radhiyallahu anha dilamar Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam pada usia 9 tahun, dan bulan madu di usia sudah menginjak baligh (15 tahun). Ketika itu, maharnya 400 dirham.

Pernikahan Aisyah Radhiyallahu anha dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam inilah yang mematahkan mistos bahwa Syawal merupakan bulan sial, terutama bagi mereka yang akan menikah. Beberapa tradisi memberi banyak pantangan pada bulan tersebut.

"Kalau di wilayah Nusantara, mitos-mitos seputar hindari pernikahan di bulan-bulan tertentu diduga kuat terjadi jauh setelah masa Nabi Shallallahu alaihi wassallam. Namun demikian, seluruh peristiwa yang dicontohkan Nabi Muhammad menjadi barometer untuk umatnya di lintas wilayah dan zaman," ujar Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa saat dihubungi Okezone beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut dijelaskan, selain bulan Syawal dan apit/selo/Dzulqaidah, dalam kepercayaan masyarakat Jawa muncul pandangan adat tentang konsep bulan-bulan "duda" yang bersumber dari spekulasi otak-atik kaidah perhitungan Aboge. Kemudian kalender urfi sistem aboge, dikenal siklus windu atau per 8 tahunan.

"Tahun-tahun lainnya ada padanan hari/pasarannya. Yang tidak ada padanannya itulah yang ditetapkan sebagai tahun duda. Dipercaya untuk dihindari menghelat perkawinan pada tahun-tahun 'duda'," jelasnya.

Selain itu agar tidak terjadi perceraian, terdapat spekulasi yang menarik di dalam aturan adat, yang antara lain tertolak oleh segmen-segmen tata cara Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam berperilaku sebagai sunah dalam kehidupan sehari-hari.

"Inilah antara lain makna Nabi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik)," pungkasnya. Wallahu a'lam bishawab. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut