Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah
BULAN Syawal telah melewati pertengahan bulan. Aktivitas kita pun sudah kembali normal. Ada yang bekerja di kantoran, berwirausaha, maupun kegiatan bisnis dan usaha lainnya. Pernak-pernik kegiatan merayakan lebaran pun kini menjadi cerita yang asyik dibahas di sela-sela waktu luang.
Salah satu yang biasanya asyik dibahas adalah adanya tradisi yang menarik di bulan Syawal yakni kebiasaan saling mengunjungi antar keluarga, saudara, tetangga, hingga sahabat dan rekan bisnis. Kegiatan ini sering disebut silaturrahmi.
Kegiatan silaturrahmi sejatinya memang tidak hanya dilakukan di bulan Syawal, namun disetiap ada kesempatan, silaturrahmi sebaiknya dilakukan. Namun, dalam budaya kita di Indonesia, bulan Syawal-lah bulan yang dianggap paling tepat untuk melakukan silaturrahmi.
Budaya atau tradisi seperti ini memang dapat dipahami. Karena di bulan Syawal hampir sebagian ummat Islam di Indonesia melaksanakan budaya lain di akhir Ramadhan hingga awal bulan Syawal yaitu mudik Lebaran.
Dengan adanya mudik Lebaran, maka ummat Islam satu dan yang lainnya dapat saling bertemu di momentum hari raya Idul Fitri di kampung halaman. Pertemuan ini lah, yang kemudian menjadi ajang menyambungkan kembali tali silaturrahmi antar ummat Islam satu dengan yang lainnya.
Terlepas dari momentum Lebaran atau bulan Syawal, sejatinya kegiatan silaturrahmi adalah kegiatan yang sangat mulia. Silaturrahmi merupakan amal shalih yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan (silaturrahmi). Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (An-Nisaa: 1).
Di sisi lain, amal shalih menyambungkan tali silaturrahmi menjadi salah satu tanda keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Hal ini ditegaskan oleh baginda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambungkan tali silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.”
Berdasarkan ayat dan hadits di atas, jelaslah sudah bahwa silaturrahmi adalah termasuk amal shalih yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya kepada kita. Satu hal yang harus diyakini bahwa tidak ada perintah yang tidak memiliki rahasia.
Beberapa rahasia di balik perintah menyambungkan tali silaturrahmi dapat diuraikan di bawah ini.
Ada surga di balik silaturrahmi.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambungkan tali persaudaraan (silaturrahmi), shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).
Silaturrahmi menjadi sangat istimewa bagi kita karena jika kita memutuskan tali silaturrahmi, maka baginda Rasulullah SAW mengancam kita dengan neraka. Sebagaimana sabda baginda Rasulullah SAW: “Tak akan masuk surga pemutus tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada rahmat di balik silaturrahmi.
Rahmat Allah adalah tempat terbaik yang dicari oleh setiap ummat Islam di hari akhir nanti. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan rahmat dari Allah adalah dengan menjalin silaturrahmi. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman:
“Aku adalah Maha Pengasih dan ia adalah Ar-Rahim, nama itu diambil dari bagian nama-Ku, siapa yang menyambungkannya, maka Aku akan memberikan rahmat-Ku kepadanya, dan siapa yang memutuskannya, maka Aku memutuskan rahmat-Ku darinya.” (HR. Abu Dawud).
Ada kemuliaan di balik silaturrahmi.
Silaturrahmi adalah amal shalih yang tidak hanya mulia di dunia, namun merupakan akhlak termulia di dunia dan akhirat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ali, Rasulullah SAW bersabda:
“Maukah kalian aku tunjukkan perilaku akhlak termulia di dunia dan akhirat? Maafkan orang yang telah menganiayaimu, sambung silaturrahmi orang yang memutuskanmu, dan berikan sesuatu kepada orang yang telah melarang pemberian untukmu.”
Ada rezeki dan umur panjang di balik silaturrahmi.
Menyambungkan tali silaturrahmi tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah SWT. Namun, bagi siapa saja yang senang menyambungkan tali silaturrahmi, maka dia akan mendapatkan kelapangan rezeki. Tidak hanya itu, orang yang senang menyambung tali silaturrahmi maka akan diberikan umur yang panjang.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada keharmonisan di balik silaturrahmi.
Dengan dijalinnya silaturrahmi, maka keharmonisan dalam kehidupan manusia akan terjaga. Rasa benci dan dendam akan sirna, berganti dengan persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan dan kerukunan. Hubungan sesama manusia menjadi harmonis dengan adanya silaturrahmi.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan tali silaturrahmi (kekeluargaan)? Mereka itulah yang orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22 – 23).
Selain rahasia-rahasia di atas, silaturrahmi juga memiliki rahasia lain jika ditinjau dari sisi kesehatan fisik dan psikologis.
Di antara rahasia tersebut adalah silaturrahmi mampu mengurasi rasa stress dan cemas yang berlebihan. Menurut para ahli psikologi, silaturrahmi dapat dimaknai sebagai kegiatan bersosialisasi. Dengan bersosialisasi secara tidak langsung dapat mengurangi beban fikiran.
Selain itu, silaturrahmi dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah demensia. Aktivitas silaturrahmi menuntut seseorang untuk berusaha mengingat berbagai hal. Dengan demikian maka daya ingat seseorang tetap terjaga dan pada gilirannya dapat mencegah terjadinya demensia.
Terakhir, silaturrahmi dapat meningkatkan imun tubuh. Di era adaptasi kebiasaan baru ini, imun tubuh kita dituntut untuk tetap prima. Dengan melakukan silaturrahmi maka banyak hormon dalam tubuh yang saling berinteraksi dan mengatur suasana hati, membuat perasaan positif serta bahagia. Dalam kondisi seperti itu, maka imunitas tubuh pun akan meningkat.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid