JAKARTA, iNews.Serpong.id – Imam Projo Keuskupan Agung Semarang, Yohanes Dwi Harsanto Pr (Romo Santo) menggambarkkan sosok Buya Ahmad Syafii Maarif sebagai seorang pendamai. ”Hatinya damai dan teduh. Kata-katanya sungguh membuat kita tenteram dan teguh dalam mengupayakan kedamaian dan hidup bersama yang rukun,” kata Romo Santo sekaligus Pastor Kepala Paroki Kumetiran itu.
Dia menyatakan berduka cita atas wafatnya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu. “Saya mewakili Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko mengucapkan berduka pada keluarga Muhammadiyah dan keluarga almarhum atas dipanggilnya almarhum kepada rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Kami merasa sangat bersedih dan kehilangan,” kata Romo Santo, Jumat (27/5/2022).
Romo Santo menganggap Buya Syafii sosok yang telah meraih keluhuran spiritual. Salah satu hal yang membuatnya menilai demikian adalah peristiwa serangan teror terhadap Gereja Santa Lidwina Stasi Bedog pada 2018. Tanpa diminta, ketika itu Buya Syafii tokoh pertama ke lokasi untuk menenangkan umat Katolik. Dia tokoh yang pertama kali datang. Romo Santo mengenang Buya Syafii sebagai sosok pendamai.
“Beliau mendahului saya. Saya masih tugas di tempat lain, beliau mendahului saya untuk datang. Beliau naik sepeda (kayuh), langsung memberi konferensi pers yang sudah datang saat itu bahwa ini teroris, kita jangan mau dipecah belah. Beliau juga mengungkapkan bahwa kita mesti komunikasi satu sama lain,” ucapnya.
Saat dirawat di RS PKU Muhammadiyah, Buya Syafii juga masih menyempatkan diri mengirimkan ucapan selamat Hari Natal. “Nilai-nilai yang beliau wariskan tentang perdamaian, keadilan, lantang menyuarakan kebatilan dan lantang menyuarakan menuju yang benar. Beliau sendiri tidak hanya bersuara, tapi konkret melakukannya dengan badannya, dengan tangannya, dengan kakinya, sungguh-sungguh menyambangi para korban, menyambangi orang yang susah, orang yang sedang takut dan beliau menjadi pengayom. Kita lanjutkan cita-cita ini saling mengayomi satu sama lain,” kata Romo Santo. (*)
Editor : Burhan