JAKARTA, iNewsSerpong.id - Pada awalnya tidak ada dinding tembok atau pagar yang mengelilingi Kakbah . Yaqut al Hamawi dalam “Mu’jam al Buldan” menyebut bahwa yang pertama kali membangun dinding yang mengelilingi Kakbah adalah Khalifah Umar bin Khattab ra.
Pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khalifah Abu Bakar pagar tembok seperti yang sekarang belum ada.
Khalifah Umar bin Khattab mengambil kebijakan tersebut disebabkan banyak rumah-rumah warga sekitar yang terus mendekati Kakbah.
“Sesungguhnya Kakbah ini adalah Baitullah, dan setiap rumah harus memiliki halaman, dan bangunan kalian semua telah memasuki halaman Kakbah, bukannya halaman Kakbah yang memasuki rumah kalian,” ujar Umar bin Khattab suatu ketika.
Selanjutnya Khalifah Umar membeli rumah-rumah yang berdekatan dengan Kakbah dan menghancurkannya untuk memperluas halaman Kakbah.
Bagi sebagian warga yang menolak rumah dan tanahnya dibeli Umar tetap dihancurkan, dengan tetap menyediakan ganti rugi yang pantas.
Lalu beliau membangun dinding tanpa pondasi dan meletakkan lampu di atasnya. Selanjutnya pada masa Khalifah Utsman bin Affan kebijakan serupa dilanjutkan. Beliau membeli rumah-rumah yang lain dengan harga yang lebih mahal.
Bahkan diriwayatkan bahwa beliau yang pertama kali memberinya atap pada saat ada perluasan masjid.
Sedangkan pada masa Khalifah Ibnu Zubair , beliau mendetailkan (memperindah) bangunannya dan tidak memperluasnya, ia memberinya tiang yang berhias batu marmer, dan memperindah pintunya.
Pada masa Bani Umayyah , Khalifah Abdul Malik bin Marwan lalu menambahkan tinggi dinding masjid, dan membawakan pagar dari Mesir lewat laut ke Jeddah dan dari Jeddah segera dibawa ke Mekkah dan menyuruh Hajjaj bin Yusuf untuk memolesnya.
Selanjutnya pada masa al Walid bin Abdul Malik memimpin ia menambahkan perhiasan Kakbah, dan mengubah pancuran dan atapnya.
Pada saat Bani Abbasiyah , Manshur dan anaknya Mahdi naik menjadi khalifah keduanya juga menambah keindahan masjid.
Dan di dalam masjid terdapat beberapa situs diniyah, yaitu; maqam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim as. Ini adalah batu tempat yang dipakai pijakan oleh Nabi Ibrahim ketika membangun Kakbah.
Sejarah Pemugaran Kakbah yang ada sekarang memang telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Sejarah telah mencatatkan beberapa pemugaran yang paling terkenal, di antaranya pembangunan oleh Nabi Ibrahim as yang dibantu putranya, Ismail as, dan pemugaran kaum Quraisy.
Dalam buku "Bekal Haji" karya Dr Firanda Andirja, Lc, MA, disebutkan para ahli sejarah memperkirakan bahwa bentuk Kakbah tatkala pertama kali dibangun oleh Ibrahim hanya berupa susunan batu tanpa ada semacam semen yang melengketkan batu-batu tersebut. Al-Hijr masuk dalam bangunan Kakbah.
Kakbah tersebut tidak memiliki atap. Pintu Kakbah ada dua, yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Pada awalnya, Kakbah memiliki dua sudut saja, yaitu rukun yamaani dan rukun al-Hajar al-Aswad dan bentuknya kira-kira seperti huruf kapital "D".
Karena kondisi Kakbah yang demikian dan tanpa adanya dinding (semacam pagar) yang mengitari dan melindunginya, apabila terjadi hujan, Kakbah mudah sekali terhantam oleh banjir yang mengalir dari gunung-gunung sekitar Makkah.
Begitulah. Tatkala Nabi Muhammad berusia 35 tahun, terjadilah banjir hebat yang menghantam dinding-dinding Kakbah sehingga merusak pondasinya. Orang-orang Quraisy pun merenovasi Kakbah dengan membongkar total Kakbah.
Mereka menggantikan Kakbah dengan batu yang baru, kecuali batu Hajar Aswad.
Sumber dana pembangunan Kakban ini dari penghasilan yang baik atau halal. Kala itu, kaum Quraisy kekurangan biaya.
Akibatnya, mereka tidak mampu membangun Kakbah secara sempurna. Nabi Muhammad SAW berkata:
لَوْلَا حَدَاثَةُ قَوْمِكِ بِالْكُفْرِ لَنَقَضْتُ الْكَعْبَةَ، ثُمَّ لَبَنَيْتُهُ عَلَى أَسَاسِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فإِنَّ قُرَيْشًااسْتَقْصَرَتْ بِنَاءَهُ
"Kalau bukan karena kaummu (wahai Aisyah) baru saja meninggalkan kekufuran, niscaya aku akan meruntuhkan Kakbah, lalu aku akan membangunnya kembali di atas fondasi Ibrahim as karena sesungguhnya kaum Quraisy kurang sempurna membangun Kakbahnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Inilah sebab mengapa orang yang sedang melakukan tawaf tidak boleh masuk Hijr Isma'il. Padahal, Al-Hijr termasuk bagian dari Kakbah.
Dan barangsiapa yang tawaf memasuki Hijr Isma'il berarti thawafnya tidak sah karena belum mengelilingi Kakbah secara sempurna.
Aisyah Radhiyallahu anha berkata: "Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang al-Jadr (al-Hijr), 'Apakah ia termasuk Kakbah?'"
Nabi berkata, "Iya". Aku berkata, "Lantas, kenapa mereka tidak memasukkannya menjadi bagian Kakbah?"
Beliau berkata, "Sesungguhnya biaya yang disiapkan kaummu (Quraisy) untuk membangun Kakbah tidak cukup".
Aku bertanya, "Kenapa pintunya dinaikkan tinggi?" Beliau berkata, "Itu sengaja dilakukan oleh kaummu agar mereka bebas memasukkan ke Kakbah siapa yang mereka sukai dan mereka bisa melarang siapa yang mereka kehendaki." (HR Bukhari dan Muslim)
Saat pemugaran Kakbah, orang-orang Quraisy membuat Kakbah bertambah tinggi.
Sebelumnya, tinggi Kakbah hanya sembilan hasta (kira-kira empat atau 4,5 meter) ditambah sembilan hasta lagi menjadi 18 hasta (8-9 meter).
Sementara itu, pintu Kakbah diangkat menjadi lebih tinggi sehingga tidak lagi menempel di tanah.
Tujuan mereka melakukan hal ini adalah: Pertama, memperkuat fondasi Kakbah dan tidak terkena banjir saat hujan. Kedua, agar tidak semua orang bisa masuk Kakbah.
Mereka yang ingin masuk Kakbah harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang-orang Quraisy.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Selasa, 05 Juli 2022 - 16:54 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah Umar bin Khattab Memulai Pembangunan Pagar Tembok Kakbah | Halaman 2". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://kalam.sindonews.com/read/817957/70/kisah-umar-bin-khattab-memulai-pembangunan-pagar-tembok-kakbah-1657012046/20
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait