Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik.
Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang terkendali di level 3,26%.
Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit.
NPL Coverage BRI tercatat sebesar 266,26% di akhir Kuartal II 2022, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59%.
Strategi BRI dalam menjaga NPL yakni dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti Pertanian, Industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
“Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi”, ungkap Sunarso.
BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Hingga akhir Kuartal II 2022, DPK BRI tercatat tumbuh 3,70% menjadi Rp1.136,98 triliun.
Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 13,38%. Apabila dirinci, Giro tercatat tumbuh 25,63% dan Tabungan tumbuh 8,32%.
Editor : A.R Bacho
Artikel Terkait