JAKARTA, iNewsSerpong.id - Selama pandemi Covid-19, sektor pariwisata mengalami dampak sangat signifikan. Penurunan pemasukan di bidang pariwisata saat pandemi menyebabkan pemerintah memutar otak menutupi keterpurukan ekonomi negara.
Salah satu inovasi yang dilakukan pemerintah yakni dengan memaksimalkan digitalisasi di bidang pariwisata agar mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan Wildan menyebutkan untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata, maka diperlukan pengelolaan yang baik terhadap pariwisata, khususnya kebudayaan.
Menurut Wildan, apabila jati diri kita dalam ruang budaya digital tidak berbeda dengan budaya non-digital. Maka, dengan adanya digitalisasi budaya memungkinkan kita untuk mendokumentasikan kekayaan budaya serta dapat menjadi peluang
untuk mewujudkan kreativitas.
“70 persen konsumen pariwisata Indonesia melakukan search and share melalui media digital dan media digital 4 kali lebih efektif dibandingkan konvensional. Apabila kita melihat fakta ini, maka ini menjadi peluang besar dalam mempromosikan pariwisata melalui konten kreatif,” tuturnya.
Terkait etika digital, Founder dan COO PT Balla Cerdas Teknologi Arsan Kumala Jaya mengatakan lini masa revolusi industri, dimulai dari era 1.0 hingga era 4.0 atau digitalisasi seperti sekarang ini.
Menurut dia, WTO memprediksi pariwisata tahun 2030 menjadi aktivitas sosial
terpenting saat itu dan sektor pariwisata menyumbang pendapatan sebanyak 5 persen secara global.
"Tingkatkan pengetahuan literasi digital dan pemahaman bisnis pariwisata di era digitalisasi 4.0 dengan kecakapan bermedia digital. Karena suka tidak suka, mau tidak mau, era digitalisasi ini akan terakselerasi dengan cepat," ujar Arsan.
Sementara itu, Misbachul Munir selaku Manajer Program Pondok Pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta menggarisbawahi digitalisasi sistem pariwisata sebagai upaya strategis dalam mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi. Salah satu caranya yakni dengan dikembangkannya wisata virtual saat pandemi Covid-19.
Tidak hanya itu Misbachul turut menyampaikan peran sosial media dan perangkat aplikasi lainnya yang berfungsi sebagai portal informasi, layanan fasilitas, dan promosi destinasi wisata.
"Membangun kemitraan dengan penyedia layanan pariwisata, salah satunya adalah hospitality karena bisnis pariwisata adalah layanan, artinya jangan sekalipun kita mengecewakan pengunjung," kata Munir.
Dia mencontohkan, pengunjung di Malioboro. Dia membeli ayam yang biasanya Rp25.000 menjadi Rp100.000. Hal ini viral dan hancurlah bisnis kuliner tersebut.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait