JAKARTA, iNewsSerpong.id - Ketua Bidang Keagamaan DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) , Abdul Khaliq Ahmad menyoroti perihal paham radikalisme di Indonesia. Ia menyebut radikalisme umumnya berawal dari salah pahamnya memaknai perbedaan.
Menurutnya, perlu pemahaman yang tuntas terkait menyikapi perbedaan. Jika pemahaman itu tak tuntas, maka yang timbul hanyalah rasa benar sendiri dan akan memusuhi yang berbeda pandangan.
"Yang harus dipahami adalah bahwa memahami perbedaan kemudian menyikapi perbedaan secara bijak itu adalah salah satu kunci untuk tidak terjebak pada berpikir dan bertindak radikalisme," ujar Khaliq kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (8/9/2022).
Menurut Khaliq, beberapa kasus radikalisme terinspirasi dari media sosial (medsos). Ia menyebutkan dengan segala fitur yang dimiliki, menjadikan medsos sebuah ruang interaksi yang sangat luas sehingga perlu kontrol diri agar tidak terjebak dalam paham radikalisme.
"Yang harus membatasi adalah semestinya kearifan kita sebagai pengguna medsos itu," katanya.
Untuk menghindari penyebaran paham radikalisme dari medsos, Khaliq menyebutkan perlu meningkatkan rasa nasionalisme secara terus menerus sehingga dapat mengurangi sikap dan tindakan radikalisme yang muncul dalam interaksi masyarakat dan interaksi medsos.
Selanjutnya, untuk mencegah pemahaman radikalisme juga bisa dengan memperdalam literasi keilmuan. Menurutnya, dalam menerima informasi di medsos, jangan langsung diterima begitu saja, harus dicari tahu kevalidan informasi dan penyebaran dari informasi yang dimaksud.
"Kita dalam menerima satu berita informasi itu tidak kita telan bulat-bulat, tetapi kita saring kita cari tahu sumbernya dengan begitu maka kita tidak terjebak dalam konten-konten yang tidak jelas sumbernya dan tidak jelas siapa penanggung jawab dari konten ini, jadi saya kira menguasai literasi keilmuan itu jadi penting," paparnya.
Kemudian, hal yang perlu dilakukan agar terhindar dari paham radikalisme adalah dengan memperdalam ilmu agama dengan benar. Khaliq menambahkan jika belajar agama tidak dengan cara yang benar maka akan lebih mudah terjebak dalam paham radikalisme.
"Belajar agama melalui guru, jadi guru itu atau ustaz/kai/ulama itu adalah salah satu pattern yang baik dalam rangka menggali ilmu pengetahuan keagamaan sekaligus di dalam praktik keagamaan yang benar," pungkasnya.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait