Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
SENIN, 21 November 2022 gempa mengguncang Kota Cianjur dan sekitarnya. Gempa dengan kekuatan 5,6 SR itu, getarannya terasa hingga ke Jakarta serta kota-kota lain di Jawa Barat dan Banten. Indonesia pun berduka.
Gempa yang mengguncang menyebabkan jatuhnya korban dan kerugian yang tak sedikit. Tercatat ratusan orang meninggal dunia, ribuan orang mengalami luka-luka hingga kehilangan tempat tinggal. Sarana dan fasilitas umum banyak yang rusak. Tenda darurat pun didirikan untuk menampung para korban selamat yang kehilangan tempat tinggal.
Tak terbayang rasa trauma yang dialami para korban gempa. Rasa sedih kehilangan keluarga dan harta benda, bahkan mungkin ada yang berputus asa. Kita semua turut berduka dan berdo'a, semoga para korban diberikan ketabahan dan kesabaran. Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un. Ya Allah berikan pahala atas musibah dan berikan ganti dengan yang lebih baik.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan sungguh akan aku berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka akan mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155 – 157).
Di balik setiap musibah, pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Hikmah dalam konteks ini dimaknai sebagai pelajaran, nasihat, atau nilai-nilai positif lainnya yang dapat diambil dari adanya musibah yang menimpa diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa hikmah di balik musibah dapat diuraikan di bawah ini.
Membersihkan Diri dari Dosa dan Kemaksiatan.
Melalui musibah, Allah SWT memberikan peringatan sekaligus kabar gembira bagi orang-orang yang tertimpa musibah. Dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura [42] ayat 30, Allah SWT berfirman: “Apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”.
Selanjutnya Baginda Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” (HR. Bukhari).
Menautkan Hati hanya Kepada Allah.
Banyak manusia yang ketika diberikan ujian berupa kenikmatan, justru dia makin berpaling dari Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan kepadanya. Sebaliknya, ketika diberikan musibah, banyak orang yang serta-merta mendekatkan diri kepada Allah dan menautkan hatinya hanya kepada Allah SWT.
Banyak manusia yang kembali kepada Allah SWT seraya berdo’a agar musibah yang menimpanya segera diangkat, dan dia merasakan nikmat yang luar biasa tatkala do’a-do’anya dikabulkan. Allah SWT berfirman: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (QS. Fussilat [41]: 51).
Allah Menghendaki Kebaikan.
Ketika musibah menimpa seseorang dan orang itu bersabar menerima musibah tersebut, maka sejatinya Allah sedang menghendaki kebaikan bagi orang tersebut. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.”
Baginda Rasulullah SAW juga bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidak didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).
Parameter Besarnya Pahala dan Adanya Cinta dari Allah.
Besar kecilnya musibah atau cobaan yang menimpa seseorang, dapat menjadi parameter besarnya pahala yang akan diterima orang tersebut. Demikian pula dengan kecintaan dari Allah, setiap musibah atau cobaan merupakan tanda cinta Allah kepada orang yang ditimpa musibah.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barang siapa ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya keridhaan, dan barang siapa murka maka baginya kemurkaan.” (HR. Ibnu Majah).
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Peringatan dari Allah.
Setiap musibah merupakan peringatan dari Allah untuk seluruh umat manusia. Allah memperingatkan kita bahwa tidak ada satu waktu pun yang aman dan terbebas dari musibah. Dalam konteks ini, musibah dapat diartikan sebagai siksa bagi manusia yang tertimpa musibah tersebut. Allah SWT berfirman:
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 97- 99).
Balasan Atas Ulah Tangan manusia.
Setiap musibah yang datang selalu ada penyebabnya. Perbuatan atau ulah tangan manusialah yang menjadi penyebab datangnya musibah menimpa sebuah negeri. Oleh karenanya Allah SWT menurunkan musibah agar manusia merasakan buah dari perbuatannya dan kembali kepada jalan yang benar.
Allah SWT berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30]: 41).
Hukuman yang Disegerakan
Musibah bisa jadi adalah hukuman dari Allah yang disegerakan. Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [7] ayat 165, Allah SWT berfirman: “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
Baginda Rasulullah SAW juga bersabda: “Jika Allah menghendaki kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah kita mencatat bahwa setiap musibah yang datang dapat saja dimaknai sebagai ujian atau siksaan. Bagi orang beriman, maka musibah menjadi ujian untuk mengukur seberapa besar kadar keimanannya. Sebaliknya, bagi orang yang gemar bermaksiat, maka musibah menjadi siksa atas kemaksiatan yang dilakukannya.
Semoga Allah melindungi kita dari musibah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang berbuat maksiat, namun juga orang-orang shalih yang ada di wilayah tersebut. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan dan kemaksiatan yang kita lakukan. Aamiin. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Di balik setiap musibah, pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Hikmah dalam konteks ini dimaknai sebagai pelajaran dan nasihat. (Foto : iNews)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait